Seberapa Efektifkah Deksametason Pada Pasien Covid-19 (Rawat Inap)?
- Get link
- X
- Other Apps
Penyakit Coronavirus (Covid-19) ditandai dengan berbagai manifestasi klinis, seperti batuk, demam, nyeri otot, gangguan gastrointestinal dan anosmia (kehilangan penciuman). Diagnosis Covid-19 ditegakkan dengan mendeteksi RNA SARS-CoV-2 melalui pemeriksaan PCR swab nasofaring ataupun spesimen lain, seperti air liur. Tes antigen secara umum kurang sensitif dibandingkan dengan tes PCR, tetapi lebih murah dan mudah diterapkan di berbagai fasilitas kesehatan dengan hasil yang cepat.
Kebanyakan kasus Covid-19 tidak
menunjukkan gejala, namun dari sebagian besar pasien mengalami gangguan
pernafasan mungkin membutuhkan perawatan di rumah sakit dan mengalami infeksi
yang kemudian berkembang menjadi penyakit kritis disertai gagal nafas
hipoksemik dan membutuhkan bantuan ventilator jangka panjang.
Gambaran patofisiologis Covid-19
berat didominasi oleh pneumonia akut dengan opasitas radiologi yang luas,
kerusakan alveolar difus, inflamasi infiltrat dan trombosis mikrovaskuler. Pasien
Covid-19 berat dapat mengalami inflamasi, yang ditandai dengan peningkatan
kadar marker inflamasi seperti protein C-reaktif (CRP), ferritin, interleukin-1 dan
interleukin-6. Glukokortikoid berperan pada kondisi ini. Ada
beberapa pendapat tentang penggunaan glukokortikoid pada kasus Covid-19 berat pada
6 bulan pertama pandemik di seluruh dunia. Sebagian menyarankan, sebagian lagi
tidak. Di Cina sendiri, penggunaan glukokortikoid direkomendasikan pada kasus Covid-19
yang berat.
Evaluasi dan penatalaksanaan
Covid-19 disesuaikan dengan derajat keparahan penyakit, seperti yang dirangkum
pada gambar dibawah ini.
Karakteristik,
diagnosis dan tatalaksana Covid-19 berdasarkan tingkat keparahan penyakit
(Sumber:
Gandhi RT et al. N Engl J Med 2020;383:1757-1766)
Glukokortikoid dapat memodulasi
cedera paru yang disebabkan oleh inflamasi, sehingga mengurangi resiko
terjadinya gagal nafas, hingga kematian. Manfaat ini terlihat jelas pada pasien
yang dirawat >7 hari setelah onset gejala, yaitu ketika kerusakan paru
akibat inflamasi berkembang. Glukokortikoid juga banyak digunakan pada sindrom
yang mirip-mirip dengan Covid-19, seperti SARS, MERS, influenza berat dan
pneumonia CAP.
Sebuah penelitian terbaru yang dilaksanakan
dalam kurun waktu mulai dari 19 maret 2020 hingga 8 juni 2020, melibatkan
11.303 pasien rawat inap yang menerima terapi glukokortikoid (deksametason 6 mg
sekali sehari hingga 10 hari) melaporkan hasil signifikan dalam hal:
- Kematian (mortalitas) dalam 28 hari pasien yang menerima terapi oksigen dengan ventilator lebih rendah pada pasien kelompok glukokortikoid (22,9%) dibandingkan perawatan biasa (25,7%), namun tidak ada efek yang jelas pada pasien yang tidak menerima terapi oksigen melalui ventilator. Penurunan ini signifikan terutama pada pasien dengan durasi gejala lebih lama (lebih mungkin menggunakan ventilator), sebaliknya penurunan ini tidak terlihat pada onset gejala yang lebih baru.
- Diantara pasien yang tidak menggunakan ventilator, resiko perkembangan menjadi menggunakan ventilator lebih rendah pada kelompok deksametason dibandingkan dengan kelompok perawatan biasa
- Diantara pasien yang menerima ventilator, keberhasilan penghentian penggunaan ventilator lebih mungkin pada kelompok deksametason dibandingkan dengan kelompok perawatan biasa
- Jumlah pasien yang tidak menerima terapi dialysis maupun hemofiltrasi lebih rendah pada kelompok deksametason dibandingkan dengan kelompok perawatan biasa
- Pasien dalam kelompok deksametason menunjukkan durasi rawat inap dalam 28 hari yang lebih singkat dibanding dengan kelompok perawatan biasa dan kemungkinan lebih besar untuk segera pulang terutama pasien yang menggunakan ventilator.
- Sebagian besar kematian disebabkan oleh Covid-19, sedikit sekali terjadi pada kelompok deksametason dibandingkan dengan kelompok perawatan biasa. Insiden kematian dari penyebab lain serupa pada kedua kelompok.
- Tidak ada bukti yang kuat terkait manfaat deksametason pada pasien yang tidak menggunakan ventilator
Mortalitas
dalam 28 hari berdasarkan penggunaan ventilator
(sumber: Horby P, et al. N Engl J Med 2021)
Efek menguntungkan penggunaan
glukokortikoid pada infeksi pernafasan berat yang disebabkan oleh virus tergantung
pada ketepatan pemilihan dosis dan indikasi. Berbeda dengan SARS, dimana virus
bereplikasi mencapai puncaknya pada minggu kedua penyakit, replikasi virus pada
Covid-19 lebih tinggi diawal onset penyakit dan menurun setelahnya. Penurunan
mortalitas di minggu pertama onset penyakit pada kelompok deksametason
menunjukkan bahwa tahap tersebut didominasi oleh unsur-unsur imunopatologis
dengan replika virus yang aktif. Sedangkan efek samping serius yang dilaporkan
terkait penggunaan deksametason pada Covid-19 berat pada peneliain ini adalah
hiperglikemia, perdarahan gastrointestinal dan gangguan psikosis.
Dari paparan diatas dapat
disimpulkan bahwa penggunaan deksametason pada Covid-19 berat terbukti efektif
menurunkan mortalitas pada pasien yang menggunakan ventilator atau oksigen
saja, namun tidak demikian pada individu tanpa bantuan ventilator.
Sumber:
- Gandhi RT, Lynch JB, and Rio CD, 2020. Mild or moderate Covid-19, NEJM : 383: 1757-1766. DOI: 10.1056/NEJMcp2009249.
- RECOVERY Collaborative Group, Horby P, Lim WS,Emberson JR, Mafham M, Bell JL, Linsell L, Staplin N, Brightling C, UstianowskiA, Elmahi E, Prudon B, Green C, Felton T, Chadwick D, Rege K, Fegan C, ChappellLC, Faust SN, Jaki T, Jeffery K, Montgomery A, Rowan K, Juszczak E, Baillie JK,Haynes R, Landray MJ. Dexamethasone in Hospitalized Patients with Covid-19. NEngl J Med. 2021 Feb 25;384(8):693-704. doi: 10.1056/NEJMoa2021436. Epub 2020Jul 17. PMID: 32678530; PMCID: PMC7383595.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment