Bagaimana penyesuaian dosis obat antidiabetes oral dan insulin selama bulan Ramadhan?

Image
Bulan ini umat muslim di seluruh dunia menjalani ibadah puasa ramadhan, termasuk para penderita diabetes. Perubahan pola dan jadwal makan serta aktivitas fisik selama berpuasa akan mempengaruhi kadar gula darah, terutama resiko hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum, dehidrasi dan thrombosis. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pasien diabetes sebelum berpuasa di bulan Ramadhan: Melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh 1-2 bulan sebelum ramadhan Melakukan pemantauan kadar gula darah secara teratur, terutama di siang hari dan menjelang berbuka puasa Tidak berpuasa bila merasa tubuh kurang sehat Berkonsultasi dengan Dokter atau Apoteker terkait penyesuaian jadwal minum obat antidiabetes oral atau insulin  Tidak melewatkan waktu makan, menghindari minuman dan makanan manis berlebihan Menghindari aktivitas fisik yang berlebihan terutama beberapa saat menjelang waktu berbuka puasa Menghentikan puasa bila kadar gula darah kurang dari 80 mg/dl atau lebih dari 300 mg/dl ...

Bagaimana Cara Menghitung ATC dan DDD?

 

Istilah Defined Daily Dose atau yang disingkat DDD mungkin tidak asing lagi bagi sejawat apoteker terutama yang bertugas di pelayanan rawat inap. Sesuai dengan tujuan Kebijakan  Obat Nasional, salah satunya memastikan penggunaan obat rasional, apoteker di unit layanan diharapkan mampu mengevaluasi apakah penggunaan obat rasional sudah terwujud di fasilitas kesehatan tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengaudit penggunaan obat, baik secara kuantitas maupun kualitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat. Satuan monitoring evaluasi penggunaan obat yang direkomendasikan oleh WHO adalah sistem Anatomy Therapeutic Chemical (ATC)/ Defined Daily Dose (DDD). Sistem ini digunakan untuk menilai kualitas umum penggunaan obat dengan menentukan pola Drug Use 90% (DU90%), yaitu jumlah item obat yang terdapat dalam segmen 90% dari total penggunaan obat.


Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

EPO merupakan evaluasi penggunaan obat berkelanjutan untuk memastikan penggunaan obat rasional. Saat ini dikenal dua jenis EPO, yaitu:

1.     EPO kualitatif

Digunakan untuk menilai ketepatan penggunaan obat, menggunakan data peresepan dengan indikasi peresepan. EPO jenis ini dapat mengacu kepada DU90%, menggunakan pengklasifikasian ATC dan DDD. Semakin tinggi nilai DU90% maka semakin sering obat tersebut diresepkan. Sehingga urusan pengadaan obat sampai dengan penyusunan formularium semestinya didasarkan kepada segmen DU90%, kecuali obat-obat emergensi. Bila suatu obat terdapat di segmen 10%, artinya obat tersebut jarang diresepkan, sehingga tidak menjadi prioritas pengadaan obat, kecuali obat tersebut adalah obat emergensi, contohnya antidot.

2.       EPO kuantitatif

Digunakan untuk menilai jumlah dan pola penggunaan obat, seperti tren penggunaan, perkiraan prevalensi angka kesakitan berdasarkan obat, dll. 

 

ATC/DDD

Sistem ATC/DDD dikembangkan pertama kali oleh peneliti Norwegia pada tahun 1976 dan diadopsi oleh WHO di tahun 1996, dengan tujuan untuk memonitoring pemanfaatan obat dalam rangka meningkatkan kualitas penggunaan obat. Sistem ini tidak dapat digunakan sebagai acuan penilaian efikasi suatu obat maupun kelompok obat. Kode ATC dapat diakses disini. Kode ini juga dapat ditemukan dalam beberapa buku teks obat internasional (misalnya Martindale) dan beberapa katalog obat lainnya. Dalam sistem klasifikasi ini, zat aktif diklasifikasikan menjadi lima tingkatan berdasarkan organ target, tujuan terapi, sifat farmakologi dan kimia obat.

  • Tingkat ke-1 obat dibagi menjadi empat belas kelompok anatomi / farmakologi utama.
  • Setiap kelompok utama ATC dibagi menjadi tingkat ke-2 berupa kelompok farmakologis atau terapeutik.
  • Tingkat ke-3 dan ke-4 adalah subkelompok kimia, farmakologis atau terapeutik
  • Tingkat ke-5 adalah bahan kimia.
  • Tingkat ke-2, ke-3 dan ke-4 sering digunakan untuk mengidentifikasi subkelompok farmakologis bila diyakini lebih tepat dibandingkan subkelompok terapeutik atau kimiawi.
  • Konsumsi obat dinyatakan dalam biaya, jumlah unit, jumlah resep atau kuantitas fisik obat.

Cara mengakses kode ATC dan DDD

Misalnya, monoterapi Ciprofloxacin tablet.

  •  Ketik “Ciprofloxacin” di kolom pencarian, lalu klik “search"


  • Lalu muncul 8 kode ATC yang memuat kata kunci “Ciprofloxacin”. Karena data yang kita inginkan adalah monoterapi Ciprofloxacin, maka pilihannya adalah J01MA02


  • Maka kode ATC untuk Ciprofloxacin monoterapi adalah J01MA02. 
         Lalu klik NAMA OBAT untuk mendapatkan informasi DDD

    Defined Daily Dose (DDD) merupakan asumsi rerata dosis pemeliharaan harian suatu obat untuk indikasi utama pasien dewasa. DDD hanya diberikan untuk obat yang diberi kode ATC. Prinsipnya, satu DDD ditetapkan per rute administrasi kedalam satu kode ATC (misalnya formulasi oral). Namun begitu, DDD tidak ditetapkan untuk semua obat dengan kode ATC. Kelompok obat utama tanpa DDD adalah produk topikal, serum, vaksin, antineoplastik, anestesi umum dan lokal, oftalmologi dan otologi, ekstrak alergen dan media kontras. Untuk obat-obat kombinasi, daftar DDD dapat diakses disini. Diluar negeri, DDD bahkan sudah diatur untuk obat-obatan herbal juga. Kode ATC untuk obat-obatan herbal dapat diakses disini.  

       

      Manfaat penggunaan DDD

  1.        Melihat tren perubahan penggunaan obat dari waktu ke waktu
  2.       Sebagai bahan perbandingan dengan Negara lain
  3.        Mengevaluasi efek intervensi pada penggunaan obat
  4.       Mendokumentasikan intensitas terapi relatif berbagai golongan obat
  5.       Mengikuti perubahan penggunaan suatu golongan obat
  6.       Mengevaluasi efek regulasi dan efek intervensi terhadap pola peresepan

     Pengumpulan data

     Data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:  

  •         Data umum unit layanan

    Contoh: nama unit layanan (rumah sakit/puskesmas), jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan, jumlah hari rawat pasien (length of stay, LOS) rawat inap, daftar 10 penyakit terbanyak.

  •        Data item obat yang digunakan setiap bulan selama satu tahun terakhir (atau kurun waktu tertentu)

    Contoh: LPLPPO puskesmas yang meliputi nama obat, bentuk sediaan, kekuatan (dosis), kemasan (botol, sachet, dll), jumlah penggunaan obat baik rawat inap dan rawat jalan. 


Pengolahan data

1.       Kolom nama obat (generik)

2.       Kolom ATC

Dapat diakses disini

3.       Kolom DDD

 


Satuan kekuatan dan DDD berupa gram, milligram, atau unit internasional.

Hasil tangkap layar dibawah ini menunjukkan bahwa Ciprofloxacin per oral (tablet dan sirup) mempunyai DDD = 1, U = g, Adm.R = O. sedangkan Ciprofloxacin injeksi mempunyai DDD = 0,8, U = g, Adm.R = P.



 Contoh

Ciprofloxacin yang digunakan di rumah sakit A adalah sediaan Ciprofloxacin tablet 500 mg dan sirup 250 mg/5 ml. Kuantitas penggunaan Ciprofloxacin tablet 500 mg adalah 150 tablet perbulan, sedangkan kuantitas Ciprofloxacin sirup 250 mg/5 ml adalah 100 botol perbulan.

Maka:                                                                                  

DDD Ciprofloxacin tablet 500 mg (J01MA02)  = 75 DDD

 

DDD Ciprofloxacin sirup 250 mg/5 ml (J01MA02) = 250 g

Konversi ke DDD:

DDD Ciprofloxacin sirup 250 mg/5 ml (J01MA02)  = 250 DDD

4.       Kolom total

Didapatkan dengan menjumlahkan nilai DDD satu obat dari berbagai jenis sediaan dan memperhitungkan lamanya hari rawat (LOS untuk pasien rawat inap) dan jumlah pasien (untuk pasien rawat jalan)

Contoh

Total DDD Ciprofloxacin tablet 500 mg dan sirup 250 mg/5 ml (J01MA02) = 360 + 250 = 325 DDD

 

5.       Kolom DDD per 100 hari rawat

Biasanya digunakan untuk pasien rawat inap.


Contoh

Missal, untuk rawat inap total hari rawat 60 hari, maka:

DDD per 100 hari rawat   = 541,7 DDD per 100 hari rawat

6.       Kolom DDD per 1000 pasien

Biasanya digunakan untuk pasien rawat jalan atau komunitas.


Contoh

Missal, untuk rawat jalan total pasien 700 orang, maka:

DDD per 1000 pasien  = 464,3 DDD per 1000 pasien.

Artinya, dalam 1000 penduduk, rata-rata 464,3 DDD ciprofloxacin berbagai bentuk sediaan digunakan, pada hari tertentu dalam setahun (atau analisis waktu tertentu). Gambaran ini paling tepat untuk terapi jangka panjang.

7.       Drug Utilization 90% (DU90%)

Data DU90% diperoleh dengan menjumlahkan data penggunaan obat berdasarkan kode ATC. Obat-obat dengan kode ATC yang sama dihitung sebagai satu kesatuan. Dalam kasus ini, ciprofloxacin tablet 500 mg dan sirup 250 mg/5 ml memiliki kode ATC yang sama, maka dihitung sebagai satu kesatuan.

Contoh

Missal di suatu rumah sakit mempunyai data sebagai berikut:

No

Nama generik

Bentuk sediaan dan kekuatan

Kode ATC

Jumlah penggunaan (dalam DDD)

Rawat inap

Rawat jalan

Total

1

Ciprofloxacin

Tablet 500 mg

J01DH02

485,5

54

539,5

2

Ciprofloxacin

Sirup 250 mg

J01DH02


200


189

389

3

Amoxicillin

Tablet 500 mg


J01CA04

160

448

608


DU90% menjadi:

 

No

Nama generik

Kode ATC

Jumlah penggunaan (dalam DDD)

Rawat inap

Rawat jalan

Total

1

Ciprofloxacin

J01DH02


685,5


243

928,5

2

Amoxicillin

J01CA04

160

448

608

3

dst.

 

 

 

 


Selanjutnya data diurut berdasarkan jumlah total penggunaan DDD terbesar sampai terkecil. Tentukan jumlah total nilai DDD untuk semua obat item obat. Selanjutnya, dengan menggunakan total nilai DDD tersebut, dapat dilakukan penghitungan persentase penggunaan satu item obat. Persentase kumulatif kemudian dihitung sesuai dengan urutan yang telah ditentukan sebelumnya. DU90% ditentukan dengan menentukan obat-obat yang memiliki persentase kumulatif sampai dengan 90%

Misalnya:




Suatu rumah sakit mempunyai data penggunaan obat dan presentase serta presentase kumulatif sebagai berikut:

No.

Nama Generik

Kode ATC

Total DDD

Persentase

Persentase Kumulatif

1

Asam Mefenamat

M01AG01

13093,80

6,00


6,00

2

Amlodipin

C08CA01

11494,00

5,27

11,27

3

Dexamethasone

H02AB02

10698,67

4,90

16,18

4

Ranitidin

A02BA02

10613,83

4,87

21,04

5

Metilprednisolon

H02AB04

9827,03

4,51

25,55

6

Asam Asetilsalisilat

B01AC06

7179,00

3,29

28,84

7

Omeprazol

A02BC01

6742,00

3,09

31,93

8

Natrium Diklofenak

M01AB05

6348,40

2,91

34,84

9

Lansoprazol

A02BC03

5894,00

2,70

37,54

10

Sianokobalamin

B03BA01

4665,00

2,14

39,68

11

Ciprofloxacin

J01DH02

4579,75

2,10

41,78

12

Meloksikam

M01AC06

4228,00

1,94

43,72

13

Natrium Diklofenak

M01AB05

4006,00

1,84

45,55

14

Rifampisin

J04AB02

3857,75

1,77

47,32

15

Diazepam

N05BA01

3827,30

1,75

49,08

 

dst.

 

 

 

 

 

 dst.

 


 

 

58

Amoxicillin

J01CA04

625,00

0,29

89,90

59

Amlodipin

C08CA01

616,31

0,28

90,18

60

Fenitoin

N03AB02

611,50

0,28

90,46

 Berdasarkan persentase kumulatif penggunaan obat berdasarkan DDD, dapat diketahui jumlah item obat yang merupakan 90% dari obat yang digunakan di Rumah Sakit tersebut berjumlah 59 item. Daftar DU 90% tersebut memperlihatkan item obat yang mendominasi penggunaan obat di Rumah Sakit, sekaligus menunjukkan item obat yang jarang digunakan. Sehingga data DU90% dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan formularium rumah sakit maupun dalam pengadaan obat.


Keterangan:

·         Untuk beberapa kelompok obat yang tidak memiliki DDD (Misalnya, obat antineoplastik dalam kelompok ATC L01), tampilkan dalam gram bahan aktif.

·         Saat menyajikan tren konsumsi obat dari waktu ke waktu, keseluruhan data (misalnya semua tahun) harus selalu diperbarui (dihitung ulang) dengan menggunakan indeks ATC versi terbaru.

 

 

Referensi :

1.       Kemenkes RI, 2017, Petunjuk Teknis Evaluasi Penggunaan Obat di Fasilitas Kesehatan, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

2.       Departemen Kesehatan RI, 2006, Kebijakan Obat Nasional, Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Available on: http://perpustakaan.farmalkes.kemkes.go.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTNhZDRlZWU0NWNhZTVhYTg3MTNlNDVmNjgzZGQ3MjU1MTYyMmM3Mg==.pdf

3.       WHO, 2020, WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology: ATC/DDD Index 2021, Norway, WHO Collaborating Centre for Durg Statistics Methodology, Last accessed January 6th, 2021. Available on: https://www.whocc.no/atc_ddd_index/

4.       WHO, 2021, WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology, Guidelines for ATC Classification and DDD assignment 2021. Oslo, Norway, 20. Available on: https://www.whocc.no/atc_ddd_index_and_guidelines/guidelines/

 


Comments

Popular posts from this blog

Cara Pemberian Infus Nalokson pada Kasus Penyalahgunaan Opioid

Bagaimana penyesuaian dosis obat antidiabetes oral dan insulin selama bulan Ramadhan?