Statin Mencegah Penyakit Kardiovaskular?
- Get link
- X
- Other Apps
Statin Mencegah Penyakit Kardiovaskular?
Statin
Statin merupakan terapi utama pada tatalaksana dislipidemia bila
gaya hidup jantung sehat tidak efektif. ACC/AHA 2020 mengkategorikan terapi
statin menjadi tiga berdasarkan intensitas penurunan low density lipoprotein cholesterol (LDL-C), yaitu:
Intensitas |
Statin |
Intensitas-tinggi
(penurunan LDL-C hingga 50%) |
Atorvastatin
40-80 mg/hari |
Rosuvastatin
20-40 mg/hari |
|
Intensitas-sedang (penurunan LDL-C
hingga 30-49%) |
Atorvastatin
10-20 mg |
Fluvastatin
80 mg/hari |
|
Lovastatin
40-80 mg |
|
Pitavastatin
1-4 mg/hari |
|
Pravastatin
40-80 mg/hari |
|
Rosuvastatin
5-10 mg |
|
Simvastatin
20-40 mg/hari |
|
Intensitas-rendah
(penurunan LDL-C < 30%) |
Fluvastatin
20-40 mg/hari |
Lovastatin
20 mg/hari |
|
Pravastatin
10-20 mg/hari |
|
Simvastatin
10 mg/hari |
Tabel 1. Pilihan Terapi Statin
Berdasarkan Intensitas
Non-statin
Terapi non-statin dapat ditambahkan bila kenaikan profil lipid pasien tidak teratasi dengan statin. Uji klinis terbaru melaporkan bahwa penggunaan terapi non-statin terbukti efektif meningkatkan outcome klinis pasien aterosklerosis kardiovaskular (ASCVD). Terapi non-statin yang dimaksud adalah ezetimibe dan golongan penghambat proprotein convertase subtilsinkexin type 9 (PCSK9 Inhibitor), seperti yang dirangkum dalam tabel berikut:
Non-statin |
Penurunan
Kadar LDL-C |
Mekanisme
kerja |
Ezetimibe
|
20% |
Mengurangi
penyerapan kolesterol |
PCSK9
Inhibitor (Evolocumab, Alirocumab) |
50-60% |
Berikatan dengan PCSK9, menghambat pelabelan
reseptor LDL pada proses degradasi, sehingga memperpanjang aktivitas reseptor
LDL di membran sel. |
Tabel 2. Pilihan Terapi Non-Statin
Pencegahan Primer
Algoritma
pengambilan keputusan terapi gangguan lipid dibuat berdasarkan pertimbangan kebutuhan
pasien. Berikut ini merupakan pencegahan primer sesuai kondisi pasien, yaitu:
Hiperkolesterolemia
berat |
|
|
Segera berikan
terapi statin intensitas-tinggi. |
|
Pertimbangkan
penambahan ezetimibe bila LDL-C ≥190 mg/dl atau bila intensitas penurunan
LDL-C <50% dengan statin. |
|
Pertimbangkan
penambahan PCSK9 Inhibitor pada pasien hiperkolesterolemia familial
heterozigot atau pada pasien yang mengalami penurunan LDL-C ≥220 mg/dl dengan
terapi kombinasi statin dan ezetimibe. |
Diabetes
mellitus pada dewasa |
|
|
Terlepas
dari resiko perkembangan ASCVD dalam 10 tahun, segera berikan terapi statin
intensitas-sedang. |
|
Terapi
bertujuan untuk mengurangi LDL-C setidaknya 50%. |
Dewasa
berusia 40-75 dengan kadar LDL-C 70-189 mg/dl |
|
|
Sebelum
memulai terapi statin, lakukan evaluasi faktor resiko statin dalam hal perkembangan ASCVD dalam 10 tahun, peningkatan resiko, keinginan/kebutuhan
pasien, pertimbangan biaya dan efek samping. |
|
Gunakan
skor kalsium arteri coroner (Coronary
artery calcium, CAC) sebagai pertimbangan pengambilan keputusan terapi
jika resiko masih belum jelas. |
Anak dan
dewasa muda |
|
|
Lakukan
penilaian faktor resiko pada pasien anak berusia 0-19 tahun. |
|
Memulai
terapi statin jika pasien mempunyai profil lipid abnormal yang berat atau memperlihatkan
gejala klinis hiperkolesterolemia yang tidak teratasi dengan modifikasi gaya
hidup selama 3 bulan. |
Etnis |
|
|
Meninjau
karakter etnis dan ras yang mempengaruhi resiko ASCVD dan intensitas terapi,
seperti yang dirangkum pada Tabel 3. |
Penyakit
ginjal kronis pada pasien dewasa |
|
|
Memulai
monoterapi statin intensitas-sedang atau kombinasi statin dengan ezetimibe |
Penyakit
inflamasi kronis dan HIV pada pasien dewasa |
|
|
Pada
pasien dewasa yang berusia 40-75 dengan LDL-C sebesar 70-189 mg/dl disertai
dengan resiko ASCVD dalam 10 tahun >5%, pertimbangkan pemberian terapi
statin intensitas-sedang atau intensitas-tinggi. |
Wanita |
|
|
Riwayat menopause prematur (sebelum usia 40)
atau riwayat penyakit dimasa kehamilan (hipertensi, pre-eklampsia, diabetes
gestasional, kehamilan dengan bayi kecil, dan persalinan prematur) merupakan
faktor peningkat resiko yang sangat mempengaruhi gaya hidup dan pengambilan
keputusan terapi |
Keuntungan Terapi Statin
1.
Pasien
hiperkolesterolemia dewasa
Tidak
perlu menghitung resiko ASCVD dalam 10 tahun pada pasien berusia 20-75
dengan LDL ≥190 mg/dl. Namun segera mulai terapi statin dengan target penurunan
LDL-C minimal 50%. Jika kadar LDL-C tetap >100 mg/dl dengan terapi statin, maka
pertimbangkan penambahan ezetimibe. Dan jika pasien mempunyai faktor resiko ASCVD dan
kadar LDL-C tetap lebih tinggi dari 100 mg/dl setelah terapi kombinasi statin
dan ezetimibe, maka pertimbangkan penambahan PCSK9 inhibitor.
2.
Pasien
diabetes mellitus dewasa
Terapi
statin intensitas-sedang diindikasikan pada pasien diabetes dewasa, terlepas
dari resiko ASCVD dalam 10 tahun. Pertimbangkan pemberian statin intensitas-tinggi
bila pasien juga memiliki beberapa faktor resiko. Terapi statin intensitas-tinggi
direkomendasikan pada pasien yang memiliki faktor resiko tambahan atau resiko
ASCVD dalam 10 tahun >20%.
3.
Individu
dewasa berusia 40-75 tanpa penyakit diabetes, dengan kadar LDL-C 70-189 mg/dl
Pada populasi ini, lakukan perhitungan resiko
untuk menentukan apakah pasien membutuhkan pengobatan penurun lipid atau tidak.
Penggunaan
persamaan Cohort Pooled |
|
|
Persamaan
ini didasarkan oleh usia, jenis kelamin, ras, kolesterol total, HDL-C, tekanan darah sistolik dan apakah pasien
menerima obat hipertensi, mempunyai diabetes, atau merokok. Persamaan ini menghasilkan perkiraan resiko pasien mengalami kejadian
kardiovaskular dalam 10 tahun kedepan, yang dikategorikan menjadi: ·
Resiko rendah: <5% ·
Ambang batas resiko: 5-7,5% ·
Resiko sedang: 7,5-20% ·
Resiko tinggi: >20% |
Meninjau
“faktor peningkat” resiko |
|
|
Lakukan evaluasi resiko ASCVD dalam 10 tahun
sebelum memulai terapi statin. Termasuk resiko lain selain yang terdapat pada
persamaan Cohort Pooled, seperti yang terangkum pada Tabel 3. |
Pasien
yang termasuk kategori ambang batas resiko atau resiko sedang |
|
|
Dengan mengevaluasi “faktor peningkat resiko”,
resiko pasien dapat direvisi. Terapi pencegahan hanya berfokus kepada
individu yang beresiko tinggi, dan menghindari terapi berlebihan pada
individu beresiko rendah. |
Pada
kasus yang tidak pasti, pertimbangkan pemeriksaan kalsium arteri coroner (Coronary artery calcium, CAC) |
|
|
Pasien harus diterapi dengan statin
intensitas sedang untuk mencapai penurunan LDL-C sebesar 30-49%. Namun jika
penilaian resiko masih belum meyakinkan bahkan setelah menggunakan persamaan
Cohort Pooled, maka pengambilan
keputusan dapat didasarkan atas skor kalsium arteri koroner. |
|
Jika skor kalsium arteri coroner = 1-99,
terapi statin dianjurkan, terutama
pada pasien berusia >55 tahun. Namun jika skor ≥100, terapi statin diindikasikan. Jika skor = 0 hindari
statin kecuali pasien merokok atau menderita ASCVD prematur. |
Pasien
resiko rendah (<5%) |
|
|
Lakukan penekanan modifikasi gaya hidup
untuk mengurangi faktor resiko yang dapat dirubah. |
Pasien
resiko tinggi (>20%) |
|
|
Berikan terapi statin dengan target
penurunan LDL-C sebesar 50%. |
Riwayat keluarga menderita ASCVD
prematur (usia 5 tahun pada pria, dan usia <65 tahun pada wanita) |
|
Hiperkolesterolemia |
|
|
Kadar low-density lipoprotein cholesterol 160-180 mg/dl |
|
Kadar non-high-density lipoprotein cholesterol 190-219 mg/dl |
Sindrom metabolik, yang ditandai dengan 3
atau lebih gejala berikut: |
|
|
Peningkatan ukuran lingkar pinggang
dengan standar tertentu sesuai etnis |
|
Kadar trigliserida puasa >150
mg/dl |
|
Tekanan darah tinggi |
|
Peningkatan kadar gula darah |
|
Kadar low-density lipoprotein cholesterol
<40 mg/dl pada pria, dan <50 mg/dl pada wanita |
|
Penyakit ginjal kronis (perkiraan
GFR 15-59 ml/menit/1,73 m2) |
Inflamasi kronis (misalnya:
psoriasis, rematik artritis, lupus, infeksi HIV, acquired immunodeficiency syndrome) |
|
Riwayat menopause prematur (usia <40 tahun) dan riwayat kondisi
kehamilan yang meningkatkan resiko ASCVD seperti pre-eklampsia |
|
Etnis atau ras resiko tinggi (misalnya, Asia
selatan) |
|
Biomarker atau profil lipid terkait
peningkatan resiko: |
|
|
Hipertrigliseridemia yang menetap (≥175
mg/dl tanpa-berpuasa) |
|
Peningkatan C-reactive protein sensitivitas-tinggi (≥2,0 mg/dl) |
|
Peningkatan
lipoprotein ≥50 mg/dl atau ≥125 nmol/l, yang merupakan indikasi relatif pada
pemeriksaan riwayat penyakit ASCVD keluarga |
|
Peningkatan
alipoprotein ≥130 mg/dl atau ≥125 nmol/l, yang merupakan indikasi relatif pada
pemeriksaan kadar trigliserida ≥200 mg/dl |
|
Indeks ankle-brachial <0,9 |
Tabel 3. Daftar Peningkat Resiko
4. Pencegahan primer pada anak dan dewasa muda
Aterosklerosis
merupakan proses yang terjadi seumur hidup sebagai akibat dari akumulasi kadar
kolesterol tinggi jangka panjang. Sehingga perlu pencegahan primer pada anak
dan dewasa muda. Penilaian faktor resiko dan identifikasi riwayat keluarga
hiperkolesterolemia penting dilakukan pada anak usia 0-19 tahun, termasuk pada
anak yang memiliki kadar lipid yang sangat tinggi akibat obesitas, sehingga
perlu penekanan modifikasi gaya hidup secara intensif.
5.
Pencegahan
primer: Etnis
Ras dan etnis sangat mempengaruhi resiko ASCVD berikut pilihan terapinya. Resiko yang timbul bervariasi terhadap masing-masing ras dan etnis (tabel 4). Secara khusus, individu Asia Selatan, pribumi Amerika dan Alaska beresiko lebih tinggi dibandingkan populasi kulit putih non-hispanik. Status sosial ekonomi dan tingkat akulturasi (asimilasi dengan penduduk pribumi lokal, dalam hal ini Amerika) diketahui mempengaruhi penyakit aterosklerosis kardiovaskular, dan lebih tinggi pada populasi hispanik. Fakta ini membuat peningkatan sensitifitas statin pada populasi Asia Timur, Jepang menggunakan statin dengan dosis yang lebih rendah dibandingkan etnis lain. Terapi pitavastatin intensitas sedang efektif pada populasi pasien ateri koroner di Jepang. Selain itu, metabolisme statin juga dipengaruhi oleh etnis. Kadar plasma rosuvastatin lebih tinggi diamati pada individu beretnis Asia: India, Cina, Melayu dan Jepang dibandingkan dengan individu kulit putih. Sehingga dosis awal rosuvastatin tercatat lebih rendah dikonsumsi oleh populasi ini, dan dokter harus lebih waspada saat menaikkan dosis rosuvastatin.
|
Asia |
Hispanik
dan Latin |
Negro,
Pribumi Amerika dan Alaska |
Resiko
ASCVD |
Asia Selatan (Bangladesh, India, Nepal,
Pakistan dan Sri Lanka) beresiko ASCVD lebih tinggi daripada Asia Timur
(Jepang, Korea, Cina) |
Individu Puerto Rico beresiko paling tinggi
mengalami ASCVD. Sedangkan angka mortalitas penyakit kardiovaskular pada
Hispanik lebih tinggi daripada individu berkulit putih |
Peningkatan resiko ASCVD lebih tinggi dalam
hal kejadian penyakit jantung coroner dibandingkan dengan populasi kulit
putih non-hispanik |
Skor
CAC (coronary artery calcium) |
Pria Asia Selatan memiliki beban skor CAC
serupa dengan pria kulit putih non-hispanik, tapi lebih tinggi daripada pria
kulit hitam dan Latin. Sedangkan wanita Asia Selatan memiliki beban skor CAC
serupa dengan kelompok etnis dan ras lainnya |
Skor CAC lebih rendah daripada ras kulit
putih Asia-Amerka dan non-hispanik |
Skor CAC lebih rendah daripada ras kulit
putih dan hispanik |
Tabel 4. Perbedaan Resiko ASCVD dan Skor CAC Berdasarkan Ras dan Etnis
6.
Pencegahan
primer pada pasien penyakit ginjal kronis dewasa
Penyakit
ginjal kronis merupakan salah satu faktor peningkat resiko. Pemberian terapi
kombinasi statin intensitas-sedang dan ezetimibe diketahui efektif pada pasien
penyakit ginjal kronis berusia 40-75 tahun yang memiliki resiko ASCVD >7,5%
dan tidak menerima terapi dialisis ataupun transplantasi ginjal. Namun begitu,
bila pasien sedang dalam terapi dialysis dan sudah menerima statin, maka terapi
statin tetap boleh dilanjutkan meskipun berpotensi mengalami penurunan
efektivitas.
7.
Pencegahan
primer pada pasien inflamasi kronis dan HIV
Infeksi virus HIV dan gangguan inflamasi kronis lainnya merupakan faktor peningkat resiko. Dalam populasi ini, pertimbangkan pemberian statin intensitas sedang atau tinggi pada individu berusia 40-75 tahun dengan LDL-C 70-189 mg/dl yang memiliki resiko ASCVD dalam 10 tahun sebesar >7,5%. Selain mengevaluasi faktor resiko, terapi statin dapat diberikan berdasarkan pertimbangan profil lipid. Sebagai monitoring respon terapi, lakukan pemeriksaan profil lipid puasa dan faktor resiko penyakit ASCVD sebelum dan 4-12 minggu setelah memulai terapi.
8.
Pencegahan
primer pada wanita
Kondisi
khusus wanita yang dianggap sebagai faktor peningkat resiko meliputi:
- Menopause dini (sebelum usia 40 tahun)
- Gangguan selama kehamilan, seperti hipertensi, pre-eklamsia, diabetes gestasional, dan diabetes mellitus
- Melahirkan bayi kecil
- Kelahiran prematur
Wanita
pada populasi ini dapat dievaluasi menggunakan pemeriksaan skor CAC sebagai
pertimbangan pengambilan keputusan terapi statin.
Wanita
hamil tidak boleh mengkonsumsi statin
Keputusan ini didasarkan kepada hasil
pemeriksaan ke hewan uji. Dimana terdapat bukti bahwa statin menimbulkan efek
teratogenik dalam dosis tinggi dan gangguan sintesis kolesterol pada janin yang
diamati. Sehingga wanita hamil tidak boleh menerima terapi statin, meskipun
dalam kondisi hiperkolesterolemia berat. Wanita yang aktif secara seksual dan
menerima terapi statin disarankan untuk menggunakan kontrasepsi. Sedangkan
wanita yang berencana hamil harus menghentikan terapi statin 1-2 bulan sebelum
kehamilan. Dan jika wanita menerima statin diketahui hamil, maka mereka harus
menghentikannya segera setelah kehamilan diketahui.
Pencegahan Sekunder: Penyakit Aterosklerosis
Terapi
statin intensitas-tinggi direkomendasikan untuk semua pasien ASCVD,
termasuk sindrom koroner akut, infark miokard, angina stabil atau tidak stabil,
atau dengan riwayat revaskularisasi arteri koroner, stroke, serangan iskemik
transien, atau penyakit arteri perifer termasuk aneurisma aorta yang berasal
dari aterosklerosis.
Dua fenotipe dalam pencegahan sekunder meliputi resiko tinggi dan resiko sangat tinggi (Table 5). Resiko sangat tinggi mencakup riwayat beberapa peristiwa ASCVD utama dan kondisi berisiko tinggi lainnya.
Subkelompok pasien |
Rekomendasi |
|
Resiko sangat tinggi |
Jika
kadar LDL-C ≥70 mg/dl dengan statin, pertimbangkan penambahan ezetimibe. Jika
kadar LDL-C ≥70 mg/dl dengan terapi kombinasi statin dan ezetimibe,
pertimbangkan penambahan PCKSK9 inhibitor |
|
Bukan resiko sangat tinggi |
Usia ≤75 tahun |
Target
penurunan LDL-C sebesar 50%. Berikan statin intensitas-sedang jika statin
intesitas-tinggi tidak dapat ditoleransi oleh pasien |
Usia >75 tahun |
Mulai
atau lanjutkan pemberian statin intensitas-tinggi |
Table 5. Pencegahan Sekunder Berdasarkan Resiko
Catatan: Penurunan risiko sebanding dengan
penurunan kadar LDL-C
Monitoring respon terapi penurun LDL-C
Beberapa guideline
menyarankan untuk menilai kepatuhan dan persentase respon terapi segera setelah
memulai atau mengubah dosis terapi penurun LDL-C dan mengubah gaya hidup,
dengan cara melakukan pemeriksaan profil lipid 4-12 minggu setelah terapi, dan
diulangi 3-12 bulan tergantung kondisi klinis pasien.
Pertimbangan biaya
Pertimbangan biaya merupakan hal yang sangat penting dalam
pemilihan terapi. Sebagai contoh, pemberian terapi PCSK9 inhibitor menimbulkan
tambahan biaya yang tidak sedikit, sehingga efektifitas biaya obat ini
meningkat hanya jika digunakan pada pasien yang beresiko sangat tinggi. Terapi
PCSK9 inhibitor disarankan pada pasien ASCVD resiko sangat tinggi yang tidak
mengalami perbaikan profil lipid secara signifikan dengan terapi kombinasi
statin dan ezetimibe, atau mereka yang memiliki riwayat keluarga menderita ASCVD
prematur.
Efek Merugikan Statin
Salah satu cara menilai efek samping statin adalah dengan meninjau
manfaat klinis dan membandingkannya dengan potensi penurunan resiko penyakit
ASCVD dengan resiko efek samping statin dan interaksi obat. Efek samping umum
statin adalah myalgia, peningkatan serum
kreatinin kinase dan transaminase. Ketika efek ini terjadi,
lakukan penurunan dosis, mengganti dengan alternatif statin yang lain, atau memberikan
terapi kombinasi statin dan non-statin. Jika gejala tidak membaik, berikan non-statin
lain yang diajurkan. Misalnya alirocumab (PCSK9 inhibitor), yang efektif
menurunkan LDL-C terutama pada pasien intoleransi statin.
Selain itu, statin dapat meningkatkan resiko diabetes mellitus
pada pasien pradiabetes. Namun beberapa guideline
tidak menganjurkan untuk menghentikan terapi ini terkait resiko tersebut,
karena manfaat statin jauh lebih besar dibandingkan resiko.
Untuk memudahkan sejawat, perhitungan resiko perkembangan ASCVD dalam 10 tahun menggunaan persamaan Cohort Pooled dapat diakses disini atau versi MESA disini. Sedangkan perhitungan CAC dapat diakses disini.
Sumber:
1.
Reiter-Brennan C, Osei AD, Uddin SMI, Orimoloye OA, Obisesan OH, Mirbolouk M, Blaha MJ, and Dzaye O, 2020. ACC/AHA Lipid Guidelines: Personalized Care to
Prevent Cardiovascular Disease, Cleveland
Clinica Journal of Medicine, 87 (4), 231-239, DOI: https://doi.org/10.3949/ccjm.87a.19078. Available on: https://www.ccjm.org/content/87/4/231
2. Wilson
PWF, Polonsky TS, Miedema MD, Khera A, Kosinski AS, Kuvin JT, 2019, Systematic
Review for the 2018 AHA/ACC/AACVPR/AAPA/ABC/ACPM/ADA/AGS/APhA/ASPC/NLA/PCNA
Guideline on the Management of Blood Cholesterol: A Report of the American
College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical
Practice Guidelines, J Am Coll Cardiol, 73
(24): 3210-3227. DOI: https://doi.org/10.1016/j.jacc.2018.11.004.
Available on: https://www.jacc.org/doi/full/10.1016/j.jacc.2018.11.004?keytype2=tf_ipsecsha&ijkey=3262ed4f37a468b6874424d779b0a57aa018468d
3.
Cannon CP, Blazing MA, Giugliano RP, McCagg A, 2015. Ezetimibe Added to Statin
Therapy after Acute Coronary Syndromes. N Engl J Med;
372:2387-2397. DOI: 10.1056/NEJMoa1410489. Available on: https://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMoa1410489
4.
Sabatine MS, Guigliano RP, Keech AC, Honarpour
N, 2017. Evolocumab and Clinical Outcomes in Patients with Cardiovascular
Disease. N Engl J Med 2017; 376:1713-1722, DOI: DOI:
10.1056/NEJMoa1615664. Available on: https://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMoa1615664.
5.
Schwart GG, Steg PG, Szarek M, Bhatt DL, 2018.
Alirocumab
and Cardiovascular Outcomes after Acute Coronary Syndrome, N Engl J Med 2018;
379:2097-2107. DOI: 10.1056/NEJMoa1801174. Available on: https://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMoa1801174
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Keren dang.....
ReplyDeleteSangat membantu informasinya..🙏
ReplyDelete