OVERDOSIS ASPIRIN (acetylsalicylic acid)
- Get link
- X
- Other Apps
Overdosis aspirin/salisilat biasa dilaporkan terjadi pada lansia dan anak-anak yang tidak sengaja mengkonsumsi obat-obat yang mengandung senyawa salisilat dalam jumlah besar. Sumber salisilat bisa berasal dari acetylsalicylic acid (aspirin), methyl salicylate (minyak wintergreen), atau preparat campuran lainnya. Kecurigaan keracunan aspirin lebih mudah teridentifikasi pada pasien yang mengeluh tinnitus atau telinga berdengung. Salisilat diserap secara cepat dilambung. Saat tertelan dalam jumlah yang banyak, stimulasi medulla menyebabkan alkalosis pernafasan awal. Gangguan fungsi ginjal dan pelepasan fosforilasi oksidatif menyebabkan asidosis metabolic anion gap.
Aspirin bertindak sebagai stimultan langsung ke batang otak,
menyebabkan hiperventilasi. Pasien overdosis aspirin hampir selalu mengalami
hiperventilasi. Selain itu, aspirin bersifat toksik bagi paru-paru yang menyebabkan acute respiratory distress
syndrome (ARDS).
Temuan lain pada kasus overdosis aspirin adalah sebagai berikut:
- Asidosis metabolik, yang disebabkan oleh kehilangan siklus krebs dalam mitokondria, terjadinya asidosis laktat dari hasil metabolisme hipoksia, sehingga anion gap meningkat.
- Alkalosis respiratorik, hampir selalu mendahului asidosis metabolik.
- Insufisiensi ginjal. Aspirin, sama halnya dengan obat-obat NSAID lainnya, secara langsung bersifat toksik bagi tubulus ginjal.
- Peningkatan Prothrombine Time (PT), aspirin mengganggu produksi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K.
- Sistem syaraf pusat, kebingungan dapat terjadi pada kasus overdosis aspirin. Pada kasus berat, pasien dapat mengalami kejang dan koma.
- Deman
- Tinnitus, cara mudah mengidentifikasi kasus overdosis aspirin adalah gejala tinnitus (telinga berdengung) yang dialami pasien.
Gejala klinis:
- Mual, muntah, tinnitus, efek sistem saraf pusat, hipertermia, takipnea/acute lung injury, gagal ginjal akut, koagulopati, hepatitis, sindroma Reye’s.
- 8-12 jam, pasien mengalami hiperventilasi (alkalosis respiratorik + asidosis metabolik), hiperpnea, takikardia, hipotensi, diaforesis, disritmia, mual muntah, nyeri epigastrik, kebingungan.
- 24 jam, pasien mengalami koma, edema serebral, kejang, edema paru non kardiogenik, koagulasi intravaskular diseminata (KID).
Evaluasi:
Pemeriksaan kadar aspirin dalam darah (bila memungkinkan), pemeriksaan basic metabolic panel (BMP) untuk
anion gap, darah lengkap, koagulasi awal, analisa gas darah, chest X-ray, dan EKG. Lakukan pemeriksaan
kadar aspirin dalam darah setiap 4 jam untuk meyakinkan kadar tidak meningkat
akibat terbentuknya formasi bezoar atau metabolisme tertunda dari bentuk
sediaan salut enterik. Selain pemeriksaan feri klorida (sensitif namun tidak
spesifik), dianjurkan melakukan pemeriksaan kuantitatif serum.
Tambahkan 2-4 tetes feri klorida 10% kedalam 2 ml urin. Urin yang berwarna
ungu kebiruan menandakan positif (+) aspirin; sedangkan aseton dan asam
fenilpiruvat menyebabkan positif (+) palsu pada pasien DM, ketoasidosis
alkoholik. Pemeriksaan feri klorida memberikan hasil positif (+) bila pasien
menelan aspirin setara 2 tablet aspirin dalam waktu 24 jam; dan butuh waktu 2
jam dari waktu tertelan agar aspirin benar-benar hilang dalam darah.
Pemeriksaan diagnostik:
- Darah lengkap
- Kimia darah
- Analisa gas darah
- PT/INR/PTT
- Kadar salisilat dalam darah
Tatalaksana:
Terapi utama adalah alkalinisasi urin untuk meningkatkan ekskresi obat. Pemberian arang aktif untuk menghambat absorpsi. Tindakan dialisis bila kasus berat.
- Berikan bantuan nafas bila pasien lemah, hiperventilasi dan atasi alkalosis respiratorik dengan ventilator. Monitoring profil kardiak, urin output dan pH, dekstrosa untuk mengatasi hipoglikemia.
- Alkalinisasi urin untuk meningkatkan ekskresi. Tambahkan 3 ampul NaHCO3 kedalam 1L D5W atau 2 ampul NaHCO3 kedalam 1L ½ NS, berikan bolus selama 30 menit. Lanjutkan infus NaHCO3 secara IV untuk mempertahankan pH serum >7,45, <7,55, urin output 1,5 ml/kg/jam.
- Target pH urin 7,5-8.
- Tambahkan 20-40 mEq K+ untuk mengganti pertukaran ion K+ kedalam ion H+ sel; hipokalemia mencegah diuresis alkalin secara efektif.
- Berikan arang aktif (bila tertelan secara akut atau baru diketahui/baru saja tertelan), pertimbangkan tindakan irigasi usus penuh.
- Pertimbangkan tindakan dialisis pada pasien simptomatis, yaitu mengalami perubahan status mental, acute lung injury, koagulopati, anemia berat, tidak merespon terapi cairan atau bikarbonat, gagal ginjal, konsentrasi aspirin dalam serum >100 mg/dl pada keracunan akut atau >60 mg/dl pada keracunan kronik, disertai dengan asidosis berat.
- Tindakan intubasi diberikan bila pasien mengalami masalah jalan nafas, pastikan pemberian hiperventilasi untuk menjaga pCO2 serum tetap rendah, jika tidak pH akan drop.
- Perawatan intensif (ICU) diperlukan pada pasien simptomatis, observasi minimal 6 jam (asimptomatik, menelan sediaan aspirin nonenteric-coated, tertelan dalam jumlah yang sedikit)
Potensi keracunan setiap jumlah aspirin yang tertelan
Jumlah
yang ditelan |
Efek |
Potensi
keracunan |
<150 mg/kgBB |
Tidak ada |
Ringan |
150-300 mg/kgBB |
Ringan |
Sedang |
301-500 mg/kgBB |
Serius |
Serius |
>500 mg/kgBB |
Potensial |
Mematikan (lethal) |
Catatan:
Salisilat melepaskan fosforilasi
oksidatif, menyebabkan asidosis metabolik dan alkalosis respiratorik (mediasi
sentral). Metil salisilat juga ditemukan pada BenGay, Icy Hot muscle balm, minyak penyedap makanan wintergreen, yang
dapat menghasilkan racun salisilat dalam jumlah yang sangat kecil (1 sendok teh
minyak wintergreen mengandung 7 g salisilat).
Sumber :
- Morse EA, Ingalsbe G, Hildreth AF, Silvestri D, et. al, 2019, Pocket Emergency Medicine, Fourth Edition, Philadelphia: Wolters Kluwer, ISBN 9781975103651.
- Cambridge, B, 2013, Pocket Guide to the American Board of Emergency Medicine In-Training Exam, New York: Cambridge University Press, ISBN 978-1-107-69626-6
- Fischer C, 2018, USMLE – Master the Boards Step 3, Fifth Edition, New York: Kaplan Publishing. ISBN 978-1-5062-3588-2
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment