Bahaya Berjalan Tanpa Alas Kaki Pada Penderita Diabetes
- Get link
- X
- Other Apps
Ilustrasi Berjalan Kaki Tanpa Alas Kaki
Berjalan tanpa alas kaki diyakini sangat bermanfaat bagi kesehatan. Beberapa informasi yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa rutin berjalan tanpa alas kaki dapat melancarkan peredaran darah, meminimalkan peradangan tubuh, memperbaiki mood, mengatasi insomnia, mempercepat proses penyembuhan setelah sakit, mengurangi resiko penyakit jantung, menurunkan berat badan, dan berbagai manfaat lain yang menjanjikan. Lalu, apakah cara tersebut cocok diterapkan ke semua orang, termasuk penderita diabetes? Yuk, simak ulasan berikut.
Penderita diabetes sangat “dekat” dengan resiko tukak (ulkus) diabetik dan amputasi, sebagai akibat dari buruknya kontrol gula darah. Resiko ini meningkat pada mereka yang mengalami neuropati perifer, merokok, kelainan bentuk kaki, PAD (perpipheral arterial disease), preulcerative callus, mengalami gangguan penglihatan, penyakit ginjal kronis (khususnya penderita cuci darah), dan riwayat tukak diabetik serta amputasi sebelumnya. PAD lazim dialami penderita diabetes. Gejalanya meliputi penurunan kecepatan berjalan, kaki mudah lelah, claudication, dan perubahan denyut nadi kaki.
Luka kecil ataupun jari kaki melepuh
sedikit saja bisa berkembang menjadi infeksi, ulkus, gangren hingga amputasi,
terutama pada penderita diabetes yang tidak terkontrol. Oleh karenanya, berjalan
tanpa alas kaki sangat tidak disarankan pada penderita diabetes.
Mengapa kaki penderita diabetes sangat rentan?
Penderita diabetes dengan gula
darah tidak terkontrol sangat rentan mengalami komplikasi baik mikrovaskular, maupun
makrovaskular. Keduanya berkaitan dengan permasalahan di kaki. Berikut ini
rangkumannya.
Gangguan |
Keterangan |
Neuropati |
Neuropati yang dialami membuat penderita diabetes merasakan
penurunan ambang nyeri, sentuhan, suhu dan posisi. Penderita menjadi kurang
peka terhadap gesekan dan pukulan. |
MIkrovaskular |
Komplikasi
mikrovaskular (pembuluh darah kecil) dapat memperlambat masa penyembuhan. |
Arteri |
Atheroma yang sering dialami penderita diabetes tidak hanya
mempengaruhi pembuluh darah besar, namun pembuluh darah kecil seperti
pembuluh darah disekitar tungkai dan telapak kaki. Akibatnya, mereka tetap merasakan
nyeri meskipun saat istirahat, sehingga luka berkembang menjadi gangren. |
Kelainan struktur kaki |
Diabetes
dapat memicu perubahan ligament,
seperti jari kaki bentuk cakar atau palu (hammer
toe). Kelainan ini mempengaruhi kemampuan kaki dalam menopang bobot
tubuh. Jari-jari kaki yang melengkung dan membengkak dibagian ujung dapat
bergesekan dengan sepatu. |
Tulang |
Penderita diabetes yang tidak terkontrol lazim mengalami
penurunan kepadatan tulang. Hal ini lebih banyak dijumpai pada DM tipe 1
dibanding tipe 2. |
Infeksi |
Hiperglikemia
mengurangi mobilitas sel darah putih dan memperburuk suplai darah sehingga memperlambat
pengiriman sel darah putih dan nutrisi ke seluruh tuhuh. Hal ini turut serta
menghambat respon pertahanan tubuh terhadap infeksi. |
Lain-lain |
Jika kaki penderita diabetes sudah mati rasa, maka mereka
cenderung tidak mempermasalahkan luka atau cedera kecil yang dialami. Termasuk
mereka yang mengalami gangguan penglihatan. Disisi lain, bagi mereka yang
menganggap luka itu sebagai sesuatu yang serius, mereka mungkin bisa menjadi
sangat takut kehilangan kaki sehingga justru cenderung menyembunyikan lukanya.
|
Perhatian utama diberikan pada
penderita diabetes dengan PAD karena cenderung mengalami “mati rasa”. Bila
penderita diabetes berjalan kaki tanpa alas kaki, maka mereka mungkin bisa
bertahan berjalan diatas kerikil tanpa merasakan nyeri. Kulit bisa terbakar
oleh air panas tanpa merasa kepanasan atau nyeri.
Komplikasi mikrovaskular yang
dialami penderita diabetes membuat luka ringan menjadi susah sembuh, dan
berkembang menjadi infeksi yang akhirnya menyebar ke seluruh kaki dan mengancam
kelangsungan jaringan yang lebih dalam.
Bila luka berkembang menjadi gangrene,
maka akan memperburuk masalah dengan tindakan amputasi area yang terluka atau
terinfeksi, memperlambat penyembuhan dan membiarkan bakteri anaerob berkembang
biak. Infeksi yang dialami oleh penderita diabetes dapat meluas kedalam
jaringan kaki hingga ke tulang.
Neuropati, vaskulopati dan
infeksi dapat menyebabkan kelainan bentuk kaki. Ketika penurunan kepadatan
tulang dikombinasikan dengan neuropati perifer, cedera kecil di kaki pun bisa
memicu kerusakan dan distorsi tulang yang meluas dengan cepat, diperparah
dengan bobot tubuh yang berat (obesitas) sehingga terjadi cedera tulang
berulang. Tulang dan persendian akan hancur secara bertahap menyebabkan
gangguan sendi Charcot.
|
|
Gangren |
Peripheral
Arterial Disease (PAD) |
|
|
Hammer toe (kaki melingkar dan berbentuk palu) |
Kaki Charcot stadium lanjut dengan kelainan dibagian bawah telapak |
Penderita diabetes dianjurkan tetap menjaga aktivitas fisik secara teratur, seperti berjalan kaki. Namun tetap mengenakan sepatu yang dapat melindungi keseluruhan kaki. Penggunaan sepatu yang terlalu sempit akan memicu kapalan ditelapak kaki, dan memperparah mati rasa. Sepatu yang dianjurkan antara lain:
- Disesuaikan dengan bentuk kaki
- Bantalan empuk, bahan ringan dan berkualitas. Ukuran pas, cukup untuk menampung insole bantalan
- Sepatu olahraga yang bisa melindungi kaki dan mendistribusikan tekanan dengan baik dan merata ke seluruh bagian kaki, tidak menekan hanya pada titik tumpu tertentu
- Pada individu dengan kelainan bentuk tulang kaki (misal, jari kaki seperti palu, menonjol, dll), berikan sepatu ekstra lebar, dianjurkan menggunakan sepatu yang dibuatkan khusus sesuai bentuk kaki
Sumber :
- KapanLagi.com, 2020. 5 Manfaat berjalan kaki tanpa alas kaki di pagi hari, baik atasi insomnia.
- Liputan6.com, 2018. 7 Keajaiban bila anda sering jalan tanpa alas kaki.
- American Diabetes Association, 2021. 11. Microvascular complications and foot care: Standards of Medical Care in Diabetes 2021. Diabetes Care 2021;44(Suppl. 1):S151–S167. doi: https://doi.org/10.2337/dc21-S011.
- Hillson R, 2015. Oxford Care Manuals: Diabetes Care – a practical manual, 2nd edition. Oxford University Press.
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment