Bagaimana Penggunaan Obat Diabetes Saat Berpuasa?
- Get link
- X
- Other Apps
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Qs. Al-Baqarah : 183)
Ayat Al-quran diatas popular sekali digaungkan terutama di bulan suci ramadhan. Bulan dimana seluruh umat Islam diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Secara fisik, orang yang berpuasa tidak diperbolehkan makan, minum, merokok pada siang hari sejak matahari terbit sampai terbenam. Aktivitas minum obat tentu saja termasuk didalamnya, baik bentuk oral maupun parenteral. Meskipun aturan agama Islam sendiri tidak memberatkan umatnya dalam beribadah, dan memberi keringanan pada mereka yang uzur (baik karena umur maupun kondisi kesehatan), bagaimanapun, ini merupakan masalah keyakinan yang tentu saja hak setiap individu. Lalu bagaimana dengan individu yang sedang dalam kondisi tidak sehat dan diharuskan minum obat, sementara tetap ingin berpuasa sebagaimana mestinya? Yuk, simak ulasan berikut ini.
Diabetes mellitus (DM)
Menjalankan
puasa bagi pasien diabetes (baik tipe 1 maupun tipe 2) merupakan tantangan
tersendiri, karena beresiko menimbulkan masalah yang serius. Berpuasa seharian
membuat penderita diabetes cenderung makan berlebih pada malam hari, sehingga
meningkatkan resiko hiperglikemia sebanyak 5 kali lipat, dan resiko
hipoglikemia sebanyak 7 kali lipat dibandingkan kondisi diluar berpuasa. Khusus
penderita DM tipe 1, insiden ketoasidosis meningkat pada bulan
ramadhan. Oleh sebab itu, penatalaksanaan pasien DM tidak
bisa disamaratakan diantara semua pasien. Tatalaksana penanganan pasien
diabetes selama bulan ramadhan harus mempertimbangkan kondisi klinis,
ketersediaan fasilitas kesehatan, kondisi sosial ekonomi dan budaya.
Saat
berpuasa, kadar gula darah akan turun dan menyebabkan peningkatan aktivitas
hormon kontra insulin (glukagon dan katekolamin), sehingga menyebabkan
glikolisis. Setelah beberapa jam berpuasa, cadangan glikogen mulai berkurang
dalam sirkulasi darah. Keadaan ini menyebabkan pelepasan asam lemak dari
adiposit, oksidasinya akan membentuk keton yang kemudian digunakan sebagai
sumber energi.
Pada
individu normal, kadar insulin dan hormon kontra insulin berada pada kondisi
seimbang, sehingga gula darah tetap normal. Sedangkan pada penderita diabetes,
keseimbangan homeostasis ini dapat terganggu antara lain oleh patofisiologis
penyakit diabetes, penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan sekresi
insulin, dll. Secara umum, penderita diabetes yang berpuasa berpotensi
mengalami hipoglikemi, hiperglikemi, ketoasidosis diabetikum, dehidrasi dan
thrombosis. Penderita DM tipe 1 dapat mengalami gangguan mekanisme respon
glukagon terhadap keadaan hipoglikemia. Sedangkan pada penderita DM tipe 2,
kondisi puasa dapat menyebabkan pemecahan glikogen secara berlebihan,
peningkatan glukoneogenesis dan ketogenesis, sehingga menyebabkan hiperglikemia
dan ketoasidosis.
Kondisi Metabolik Saat Berpuasa
Kondisi
dehidrasi yang lama diperparah oleh suhu udara panas dan kelembaban tinggi seperti di
Indonesia, terutama pada individu yang melakukan pekerjaan fisik yang berat.
Sehingga bisa menyebabkan diuresis osmotik dan meningkatkan kekurangan cairan
serta elektrolit.
Hipotensi
ortostatik mungkin dapat terjadi pada pasien yang mengalami neuropati otonom.
Sinkop, jatuh, luka dan fraktur bisa disebabkan oleh keadaan hipovolemi dan
hipotensi. Lebih lanjut, berkurangnya rongga intravaskuler akan meningkatkan
kecenderungan darah menggumpal (hypercoagulable)
yang memang sudah ada pada penderita diabetes. Meningkatnya viskositas darah
akan meningkatkan resiko stroke dan thrombosis. Kondisi resiko komplikasi puasa
ramadhan dirangkum pada tabel dibawah ini.
Kategori Resiko Berpuasa pada Penderita DM tipe 1 dan tipe 2
(sumber: Perkeni, 2015)
Penggunaan insulin pada DM tipe 1 DEWASA selama bulan ramadhan:
(sumber : IDF-DARPractical Guidelines 2021)
Penyesuaian dosis insulin pada DM tipe-1 ANAK/REMAJA selama bulan ramadhan:
- Berikan bolus 20 menit sebelum berbuka, bila menu berbuka berlemak atau tinggi protein
- Bila kadar gula darah tinggi, lakukan penyesuaian dosis berdasarkan rasio sensitivitas insulin (ISF) dan target gula darah
- Frekuensi penyesuaian dosis tidak boleh lebih dari setiap 3 jam untuk menghindari hipoglikemik dan penumpukan insulin
Pada anak/remaja, penggunaan analog insulin kerja panjang lebih disukai daripada insulin kerja menengah melalui penurunan konsentrasi glukosa darah yang stabil menuju tingkat normal pada waktu menjelang berbuka. Anak-anak yang menerima regimen konvensional 2x/hari lebih rentan mengalami hiperglikemia, dengan atau tanpa keton dibandingkan mereka yang menerima regimen basal-bolus. Selanjutnya, anak-anak yang menerima regimen 2x/hari terus menunjukkan gejala hiperglikemik selama berpuasa, sementara mereka yang menggunakan insulin basal-bolus menunjukkan penurunan gula darah yang stabil hingga waktu berbuka. Durasi kerja dan waktu efek puncak dari kerja insulin NPH dan insulin biasa (human) harus dipertimbangkan saat menyesuaikan dosis insulin di samping menu dan porsi makanan serta durasi berpuasa.
Penggunaan regimen konvensional tidak dianjurkan pada penderita DM
tipe 1 yang berpuasa selama Ramadhan. Namun, jika ini adalah satu-satunya opsi
yang memungkinkan maka harus dilakukan modifikasi terapi dan gaya hidup.
Modifikasi terapi
dan gaya hidup pada pasien DM yang menerima regimen insulin konvensional selama
bulan ramadhan.
(Sumber: IDF-DARPractical Guidelines, 2021)
Penggunaan obat selama bulan ramadhan (DM tipe 2):
(Sumber: Hui E et al, 2010)
Materi edukasi:
- Pemberian informasi terkait resiko berpuasa secara umum, dan individual sesuai kondisi klinis masing-masing
- Pemantauan gula darah mandiri setiap beberapa kali sehari, terutama pada pengguna insulin
- Nutrisi. Diet yang dianjurkan adalah kaya karbohidrat kompleks yang dikonsumsi sedekat mungkin dengan waktu subuh (imsak). Konsumsi air yang banyak selama waktu-waktu yang diperbolehkan.
- Aktivitas fisik. Pertahankan aktivitas fisik (olahraga) normal, dan hindari aktivitas yang berlebihan untuk menghindari resiko hipoglikemi. Aktivitas fisik dapat dilakukan setelah berbuka puasa. Hati-hati aktivitas fisik pada penderita DM tipe 1 yang tidak terkontrol, karena berpotensi memicu hiperglikemi berat.
- Menghentikan puasa bila:
- Kadar gula darah >300 mg/dl
- Terjadi hipoglikemi (gula darah <60 mg/dl)
- Kadar gula darah setelah beberapa jam berpuasa <70 mg/dl, terutama pada individu yang menerima terapi insulin, sulfonylurea dan glinid. Jika kadar gula darah 70-90 mg/dl, lakukan pemeriksaan ulang selang 1 jam kemudian
- Sakit, gejala hipoglikemi atau penyakit akut lainnya
Untuk memudahkan sejawat, berikut ini saya sertakan link perhitungan cepat:
Kalkulator ICR (insulin
to carb ratio)
Kalkulator ISF (insulin sensitivity factor)
Sumber :
- IDF-DAR PracticalGuidelines, 2021. Diabetes and Ramadhan Practical Guidelines 2021
- Perkeni, 2015. Panduan Penatalaksanaan DM Tipe 2 pada Individu Dewasa di Bulan Ramadhan
- Al-Arouj M,Ibrahin MA, Assaag-Khalil S, Kendall D, Buse J, et al. 2010. Recommendation for Management of Diabetes During Ramadan. Diabetes Care. 33: 1895 -1902
- Hui E, BravisV, Hassanein M, Hanif W, Malik R, Chowdhury TA, Suliman M, Devendra D.Management of people with diabetes wanting to fast during Ramadan. BMJ. 2010Jun 22;340:c3053. doi: 10.1136/bmj.c3053. PMID: 20570867
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Sangat membantu dan menginspirasi
ReplyDeleteTerimakasih sudah berkunjung 🙏
Delete