Bagaimana penyesuaian dosis obat antidiabetes oral dan insulin selama bulan Ramadhan?

Image
Bulan ini umat muslim di seluruh dunia menjalani ibadah puasa ramadhan, termasuk para penderita diabetes. Perubahan pola dan jadwal makan serta aktivitas fisik selama berpuasa akan mempengaruhi kadar gula darah, terutama resiko hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum, dehidrasi dan thrombosis. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pasien diabetes sebelum berpuasa di bulan Ramadhan: Melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh 1-2 bulan sebelum ramadhan Melakukan pemantauan kadar gula darah secara teratur, terutama di siang hari dan menjelang berbuka puasa Tidak berpuasa bila merasa tubuh kurang sehat Berkonsultasi dengan Dokter atau Apoteker terkait penyesuaian jadwal minum obat antidiabetes oral atau insulin  Tidak melewatkan waktu makan, menghindari minuman dan makanan manis berlebihan Menghindari aktivitas fisik yang berlebihan terutama beberapa saat menjelang waktu berbuka puasa Menghentikan puasa bila kadar gula darah kurang dari 80 mg/dl atau lebih dari 300 mg/dl ...

Bagaimana Penggunaan Obat Diabetes Saat Berpuasa?

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Qs. Al-Baqarah : 183)

Ayat Al-quran diatas popular sekali digaungkan terutama di bulan suci ramadhan. Bulan dimana seluruh umat Islam diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Secara fisik, orang yang berpuasa tidak diperbolehkan makan, minum, merokok pada siang hari sejak matahari terbit sampai terbenam. Aktivitas minum obat tentu saja termasuk didalamnya, baik bentuk oral maupun parenteral. Meskipun aturan agama Islam sendiri tidak memberatkan umatnya dalam beribadah, dan memberi keringanan pada mereka yang uzur (baik karena umur maupun kondisi kesehatan), bagaimanapun, ini merupakan masalah keyakinan yang tentu saja hak setiap individu. Lalu bagaimana dengan individu yang sedang dalam kondisi tidak sehat dan diharuskan minum obat, sementara tetap ingin berpuasa sebagaimana mestinya? Yuk, simak ulasan berikut ini.

 

Diabetes mellitus (DM)

Menjalankan puasa bagi pasien diabetes (baik tipe 1 maupun tipe 2) merupakan tantangan tersendiri, karena beresiko menimbulkan masalah yang serius. Berpuasa seharian membuat penderita diabetes cenderung makan berlebih pada malam hari, sehingga meningkatkan resiko hiperglikemia sebanyak 5 kali lipat, dan resiko hipoglikemia sebanyak 7 kali lipat dibandingkan kondisi diluar berpuasa. Khusus penderita DM tipe 1, insiden ketoasidosis meningkat pada bulan ramadhan. Oleh sebab itu, penatalaksanaan pasien DM tidak bisa disamaratakan diantara semua pasien. Tatalaksana penanganan pasien diabetes selama bulan ramadhan harus mempertimbangkan kondisi klinis, ketersediaan fasilitas kesehatan, kondisi sosial ekonomi dan budaya.

Saat berpuasa, kadar gula darah akan turun dan menyebabkan peningkatan aktivitas hormon kontra insulin (glukagon dan katekolamin), sehingga menyebabkan glikolisis. Setelah beberapa jam berpuasa, cadangan glikogen mulai berkurang dalam sirkulasi darah. Keadaan ini menyebabkan pelepasan asam lemak dari adiposit, oksidasinya akan membentuk keton yang kemudian digunakan sebagai sumber energi.

Pada individu normal, kadar insulin dan hormon kontra insulin berada pada kondisi seimbang, sehingga gula darah tetap normal. Sedangkan pada penderita diabetes, keseimbangan homeostasis ini dapat terganggu antara lain oleh patofisiologis penyakit diabetes, penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan sekresi insulin, dll. Secara umum, penderita diabetes yang berpuasa berpotensi mengalami hipoglikemi, hiperglikemi, ketoasidosis diabetikum, dehidrasi dan thrombosis. Penderita DM tipe 1 dapat mengalami gangguan mekanisme respon glukagon terhadap keadaan hipoglikemia. Sedangkan pada penderita DM tipe 2, kondisi puasa dapat menyebabkan pemecahan glikogen secara berlebihan, peningkatan glukoneogenesis dan ketogenesis, sehingga menyebabkan hiperglikemia dan ketoasidosis.

 

Kondisi Metabolik Saat Berpuasa

(Diabetes Care, 2020)

 

Kondisi dehidrasi yang lama diperparah oleh suhu udara panas dan kelembaban tinggi seperti di Indonesia, terutama pada individu yang melakukan pekerjaan fisik yang berat. Sehingga bisa menyebabkan diuresis osmotik dan meningkatkan kekurangan cairan serta elektrolit.

Hipotensi ortostatik mungkin dapat terjadi pada pasien yang mengalami neuropati otonom. Sinkop, jatuh, luka dan fraktur bisa disebabkan oleh keadaan hipovolemi dan hipotensi. Lebih lanjut, berkurangnya rongga intravaskuler akan meningkatkan kecenderungan darah menggumpal (hypercoagulable) yang memang sudah ada pada penderita diabetes. Meningkatnya viskositas darah akan meningkatkan resiko stroke dan thrombosis. Kondisi resiko komplikasi puasa ramadhan dirangkum pada tabel dibawah ini.

Kategori Resiko Berpuasa pada Penderita DM tipe 1 dan tipe 2 

(sumber: Perkeni, 2015)

 

Penggunaan insulin pada DM tipe 1 DEWASA selama bulan ramadhan:

(sumber : IDF-DARPractical Guidelines 2021

 

Penyesuaian dosis insulin pada DM tipe-1 ANAK/REMAJA selama bulan ramadhan:


Insulin prandial:

  1. Berikan bolus 20 menit sebelum berbuka, bila menu berbuka berlemak atau tinggi protein
  2. Bila kadar gula darah tinggi, lakukan penyesuaian dosis berdasarkan rasio sensitivitas insulin (ISF) dan target gula darah
  3. Frekuensi penyesuaian dosis tidak boleh lebih dari setiap 3 jam untuk menghindari hipoglikemik dan penumpukan insulin

Pada anak/remaja, penggunaan analog insulin kerja panjang lebih disukai daripada insulin kerja menengah melalui penurunan konsentrasi glukosa darah yang stabil menuju tingkat normal pada waktu menjelang berbuka. Anak-anak yang menerima regimen konvensional 2x/hari lebih rentan mengalami hiperglikemia, dengan atau tanpa keton dibandingkan mereka yang menerima regimen basal-bolus. Selanjutnya, anak-anak yang menerima regimen 2x/hari terus menunjukkan gejala hiperglikemik selama berpuasa, sementara mereka yang menggunakan insulin basal-bolus menunjukkan penurunan gula darah yang stabil hingga waktu berbuka. Durasi kerja dan waktu efek puncak dari kerja insulin NPH dan insulin biasa (human) harus dipertimbangkan saat menyesuaikan dosis insulin di samping menu dan porsi makanan serta durasi berpuasa.

Penggunaan regimen konvensional tidak dianjurkan pada penderita DM tipe 1 yang berpuasa selama Ramadhan. Namun, jika ini adalah satu-satunya opsi yang memungkinkan maka harus dilakukan modifikasi terapi dan gaya hidup.

Modifikasi terapi dan gaya hidup pada pasien DM yang menerima regimen insulin konvensional selama bulan ramadhan.

(Sumber: IDF-DARPractical Guidelines, 2021) 

 

Penggunaan obat selama bulan ramadhan (DM tipe 2):

(Sumber: Hui E et al, 2010)

 

Materi edukasi:

  1. Pemberian informasi terkait resiko  berpuasa secara umum, dan individual sesuai kondisi klinis masing-masing
  2. Pemantauan gula darah mandiri setiap beberapa kali sehari, terutama pada pengguna insulin
  3. Nutrisi. Diet yang dianjurkan adalah kaya karbohidrat kompleks yang dikonsumsi sedekat mungkin dengan waktu subuh (imsak). Konsumsi air yang banyak selama waktu-waktu yang diperbolehkan.
  4. Aktivitas fisik. Pertahankan aktivitas fisik (olahraga) normal, dan hindari aktivitas yang berlebihan untuk menghindari resiko hipoglikemi. Aktivitas fisik dapat dilakukan setelah berbuka puasa. Hati-hati aktivitas fisik pada penderita DM tipe 1 yang tidak terkontrol, karena berpotensi memicu hiperglikemi berat.
  5. Menghentikan puasa bila:
    • Kadar gula darah >300 mg/dl
    • Terjadi hipoglikemi (gula darah <60 mg/dl)
    • Kadar gula darah setelah beberapa jam berpuasa <70 mg/dl, terutama pada individu yang menerima terapi insulin, sulfonylurea dan glinid. Jika kadar gula darah 70-90 mg/dl, lakukan pemeriksaan ulang selang 1 jam kemudian
    • Sakit, gejala hipoglikemi atau penyakit akut lainnya

 

Untuk memudahkan sejawat, berikut ini saya sertakan link perhitungan cepat:

Kalkulator ICR (insulin to carb ratio)

Kalkulator ISF (insulin sensitivity factor)

Kalkulator bolus 

Full insulinscale calculator 

Penyesuaian insulin

 

Sumber :

  1. IDF-DAR PracticalGuidelines, 2021. Diabetes and Ramadhan Practical Guidelines 2021
  2. Perkeni, 2015. Panduan Penatalaksanaan DM Tipe 2 pada Individu Dewasa di Bulan Ramadhan
  3. Al-Arouj M,Ibrahin MA, Assaag-Khalil S, Kendall D, Buse J, et al. 2010. Recommendation for Management of Diabetes During Ramadan. Diabetes Care. 33: 1895 -1902
  4. Hui E, BravisV, Hassanein M, Hanif W, Malik R, Chowdhury TA, Suliman M, Devendra D.Management of people with diabetes wanting to fast during Ramadan. BMJ. 2010Jun 22;340:c3053. doi: 10.1136/bmj.c3053. PMID: 20570867

 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bagaimana Cara Menghitung ATC dan DDD?

Cara Pemberian Infus Nalokson pada Kasus Penyalahgunaan Opioid

Bagaimana penyesuaian dosis obat antidiabetes oral dan insulin selama bulan Ramadhan?