Mengapa hasil tekanan darah saya berbeda-beda di setiap pengukuran?
- Get link
- X
- Other Apps
Pernahkah anda bertanya-tanya, mengapa ada perbedaan hasil disetiap anda memeriksakan tekanan darah di tempat dan waktu yang berbeda?
Ya. Tentu saja kita semua pernah
mengalaminya. Beberapa waktu yang lalu, saya mengantar ibu saya kontrol jantung
ke rumah sakit. Sebelumnya, saya sudah benar-benar yakin bahwa tekanan darah
ibu saya terkontrol. Setidaknya selama beberapa minggu dalam pemantauan saya,
tekanan darah ibu saya selalu dibawah 140/90 mmHg, batas aman pasien hipertensi
dengan komorbid diabetes mellitus tipe 2. Faktanya, begitu sampai di rumah
sakit dan mampir di meja periksa (alur standar di rumah sakit, bahwa setiap
pasien yang akan berkonsultasi dengan dokter akan diperiksa dulu tekanan
darahnya di meja perawat), hasil pemeriksaan tekanan darah ibu saya melonjak
drastis menjadi 180/135 mmHg. Saya sampai meyakinkan ibu-ibu perawat untuk
mengulangi memeriksa tekanan darah ibu saya. Hasilnya tetap sama. Saya
berkhusnudzon, bisa saja ini pengaruh jalan kaki dari lobi depan ke ruang
tunggu. Terlihat masuk akal.
Pelajaran apa yang bisa diambil
dari cerita diatas? Ya, benar. Bahwasannya aktivitas, waktu dan posisi tubuh
pada saat pengukuran sangat mempengaruhi hasil tekanan darah, disamping faktor
psikologis dan tingkat keparahan penyakit itu sendiri tentunya.
Tapi tahukah anda, bahwa masih
ada banyak faktor yang mempengaruhi akurasi pemeriksaan tekanan darah, dan tentunya hasilnya bias? Yuk
simak penjelasan berikut ini!
Meskipun penggunaan teknik
sfigmomanometri dalam mengukur tekanan darah ditetapkan sebagai standar
pemeriksaan fisik, teknik ini mengandung beberapa jebakan. Misalnya, balon
manometer, kondisi tonus otot lengan, dan lain sebagainya. Kondisi lain yang
dikenal dengan istilah “white-coat effect”
menyebabkan terjadinya “white-coat
hypertension”, yaitu semacam fluktuasi tekanan darah yang terjadi di ruang
pemeriksaan termasuk ketika pengukuran mandiri di klinik. Terdapat gradien
tekanan darah tertinggi dan pengaruh respon adrenergik bila tekanan darah
seseorang diukur oleh dokter, disaat yang sama menunjukkan hasil yang rendah bila
diukur oleh perawat. Dengan kata lain, ada respon adrenergik berbeda ketika
pasien berhadapan dengan dokter. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa
fenomena ini biasa terjadi pada individu berusia lebih tinggi, jenis kelamin
perempuan, dan individu dengan kelainan metabolik. Prevalensinya tertinggi
(10-40%) pada pasien umum, rawat jalan, dan pemeriksaan yang dilakukan di siang
hari. Dari segi ras, prevalensi afrika dan eropa lebih tinggi dibandingkan
dengan asia selatan. Bisa dipastikan fenomena ini akan terjadi seiring dengan
semakin tingginya tekanan (psikologis) dari klinik/fasilitas kesehatan tersebut,
semisal keramahan petugas, kebisingan, dan lain-lain. Tempat duduk yang nyaman
dengan sandaran punggung, posisi kaki meyentuh dilantai, tidak menyilang, dan
tidak dalam posisi menggantung pada sandaran kaki meja periksa juga perlu
diperhatikan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat.
Meningkatkan tekanan darah
1. Kondisi
pasien
Beberapa kondisi
pasien yang menghasilkan bias peningkatan hasil pengukuran tekanan darah,
yaitu:
· Pseudohipertensi
· White-coat hypertension
Respon ini terbukti menghasilkan bias peningkatan tekanan
darah sistolik sebesar 7,6 mmHg dan diastolik sebesar 4,0 mmHg.
· Lengan paretic (akibat stroke)
Pengukuran tekanan darah pada lengan paretik pasien
stroke menunjukkan bias hasil peningkatan signifikan sebesar 2 mmHg sistolik
dan 5 mmHg diastolik, dibandingkan dengan pasien lengan normal
· Nyeri, kecemasan
· Perokok akut
Dosis nikotin antara 0,4-13 mg atau merokok 1-4 batang
rokok (termasuk rokok eletronik, cerutu, pipa arab, tablet nikotin, koyo
nikotin, permen karet nikotin dan tembakau) menghasilkan bias tekanan darah
sistolik dan diastolik dengan efek sedang dan besar, dengan rerata peningkatan
sebesar 8,6 mmHg sistolik dan 6,1 mmHg diastolik. Peningkatan ini signifikan
bila diukur 20-30 menit setelah merokok, 30 menit setelah mengunyah tembakau,
dan 40-60 menit setelah menelan tablet nikotin 4 mg. Efek ini juga terjadi pada
perokok pasif, dengan durasi paparan 30-60 menit.
· Konsumsi kafein akut
Dosis kafein sebesar 3,3 mg/kgBB terbukti menghasilkan
bias tekanan darah dengan rerata peningkatan sebesar 7,6 mmHg sistolik dan 6,2
mmHg diastolik. Peningkatan ini signifikan bila diukur 180 menit setelah
konsumsi.
· Konsumsi alkohol akut
Dosis alkohol berkisar antara 0,4-1g/kgBB berefek
signifikan terhadap hasil bias tekanan darah. Sejatinya konsumsi alkohol tidak
saja dapat meningkatkan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, namun
juga menurunkan bila diukur dalam interval waktu 5 menit – 4 jam setelah
konsumsi.
· Menahan buang air kecil (kebelet)
Kasus seperti ini lazim dijumpai di fasilitas
kesehatan umum. Terkadang pasien tergesa-gesa masuk ke ruang periksa dalam keadaan
“kebelet”, agar tidak ketinggalan
nomor antrian. “Kebelet” dapat
diartikan sebagai kondisi 60 menit setelah minum 950 ml-1200 ml air atau
3,6-10,4 jam setelah berkemih terakhir, hingga keinginan untuk berkemih menjadi
tak tertahankan. Kondisi ini terbukti menghasilkan bias pengukuran tekanan
darah secara signifikan dengan rerata peningkatan sebesar 17,3 mmHg sistolik
dan 10,43 mmHg diastolik bila diukur 60 menit setelah minum 950 ml-1200 ml air
atau 3,6-10,4 jam setelah berkemih terakhir.
· Berbicara/ngobrol
Pengaruh bicara selama pengukuran tekanan darah dibandingkan
dengan tidak berbicara, menghasilkan bias peningkatan dengan rerata sistolik sebesar
11,3 mmHg dan diastolik sebesar 9,9 mmHg, baik berbicara dengan intonasi normal,
suara kencang, dalam keadaan stress maupun tidak.
2. Pengaturan
alat
· Ruangan dingin
Paparan secara signifikan meningkatkan tekanan darah,
terutama sistolik. Suhu dingin berkisar antara -15 oC (baju hangat)
hingga 30,5 oC bisa berpatokan pada suhu ruangan ataupun suhu kulit,
baik dalam kondisi mengenakan baju biasa, maupun selimut. Kondisi ini terbukti menghasilkan
bias tekanan darah secara signifikan dengan rerata peningkatan sebesar 16,9
mmHg sistolik dan 11,6 mmHg diastolik bila diukur hingga 180 menit paparan.
· Katup Bulb
bocor
3. Proses
pemeriksaan
· Manset tidak sesuai
Penggunaan manset yang tidak sesuai dengan lingkar
lengan, misalnya terlalu kecil terutama pada individu dengan obesitas. Jika
manset yang digunakan terlalu pendek, maka diperlukan tekanan yang lebih besar
pula untuk manset dapat menutup arteri, sehingga hasil yang didapatkan
cenderung salah. Penggunaan manset terlalu kecil menghasilkan bias rerata peningkatan
tekanan darah sistolik sebesar 6,6 mmHg dan diastolik sebesar 4,3 mmHg. Sedangkan
manset terlalu besar menghasilkan bias rerata penurunan tekanan darah sistolik
sebesar 2,4 mmHg dan diastolik sebesar 2,8 mmHg. Dalam kasus ini, pengukuran
berulang tidak akan meningkatkan akurasi.
· Posisi stetoskop dibawah manset
Penting memperhatikan posisi stetoskop terhadap manset
selama auskultasi. Penempatan stetoskop dibawah manset secara signifikan menghasilkan
bias peningkatan terhadap tekanan darah sistolik dengan rerata sebesar 1,9 mmHg,
dan penurunan diastolik sebesar 7,5 mmHg, dibandingkan dengan posisi yang
direkomendasikan.
· Posisi tubuh pada saat pengukuran
Posisi duduk dengan kaki/lutut menyilang dapat menghasilkan
bias tekanan darah secara signifikan, dengan rerata peningkatan sebesar 7,8
mmHg sistolik, dan 4,9 mmHg diastolik dibandingkan dengan posisi duduk dengan
kaki rata menyentuh lantai. Posisi tidur berbaring telentang menghasilkan bias
dengan rerata peningkatan sebesar 1 mmHg, dan penurunan sebesar 2 mmHg diastolik.
Posisi duduk dikursi tanpa sandaran punggung menghasilkan bias tekanan darah diastolic
sebesar 6,5 mmHg, namun tidak bermakna untuk sistolik. Posisi lengan tanpa
penyangga menghasilkan bias tekanan darah sistolik sebesar 4,89 mmH dan diastolik
sebesar 4,81 mmHg. Dalam hal penempatan lengan terhadap jantung, hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa posisi lengan lebih rendah dari jantung menunjukkan
bias hasil tekanan darah, namun hasil ini dipengaruhi oleh posisi tubuh. Posisi
menunjukkan bias peningkatan sistolik sebesar 10,4 mmHg dan diastolik sebesar
17,7 mmHg. Posisi duduk menunjukkan bias peningkatan sistolik sebesar 10,5 mmHg
dan diastolik sebesar 9,0 mmHg. Sedangkan posisi berbaring menghasilkan bias
peningkatan sistolik sebesar 4,6 mmHg dan diastolik sebesar 3,4 mmHg.
· Istirahat terlalu singkat
Periode istirahat sekitar 5-16 menit setelah
beraktivitas normal menghasilkan bias tekanan darah sistolik rerata sebesar 7,9
mmHg dan diastolik rerata sebesar 3,1 mmHg.
Menurunkan tekanan darah
Beberapa kondisi pasien yang menghasilkan bias penurunan
hasil pengukuran tekanan darah, yaitu:
1. Kondisi
pasien
· Sesudah makan
Sebuah studi melaporkan adanya bias tekanan darah
sistolik rerata penurunan sebesar 6 mmHg dan tekanan darah diastolik rerata sebesar
5 mmHg secara signifikan pada subyek uji pasien dewasa sehat yang diukur 180
menit setelah makan menu campuran (makanan berat). Penurunan ini tidak
signifikan bila pengukuran dilakukan 60 menit setelah makan berat.
· Kesalahan jeda auskultasi (auscultatory gap)
· Stroke volume tinggi
2. Pengaturan
alat
Kalibrasi alat
yang tidak tepat dapat mempengaruhi akurasi hasil. Dalam hal sphygmomanometer,
suatu alat dikatakan tidak akurat bila menunjukkan perbedaan lebih dari ± 3
mmHg dari nilai normal yang tertera pada spesifikasi alat. Selain itu, ukuran
dan penempatan penempatan manset yang tidak tepat (dibawah atau diatas jantung)
dapat mempengaruhi akurasi alat.
· Ruangan yang berisik
· Aneroid rusak
· Kadar air raksa rendah
· Bulb
bocor
3. Petugas
pemeriksa
· Pembulatan angka kebawah
· Gangguan pendengaran
· Posisi stetoskop dibawah manset
Penempatan stetoskop dibawah manset secara signifikan menghasilkan
bias penurunan diastolik sebesar 7,5 mmHg
4. Proses
pemeriksaan
· Istirahat terlalu lama
· Posisi lengan dibawah jantung
· Deflasi terlalu cepat
Deflasi manset lebih cepat dari yang direkomendasikan
2-3 mmHg. Efek signifikan ini menghasilkan bias penurunan sistolik dengan
interval 2,6 – 7,1 mmHg dan diastolic dengan interval 2,1 – 6,3 mmHg.
Tidak mempengaruhi tekanan darah
1.
Kondisi pasien
· Konsumsi kafein kronik (jangka panjang)
· Inflasi manset mandiri
· Perbedaan ras dan gender
2.
Proses pemeriksaan
· Lengan baju tipis dibawah manset
Beberapa
pendapat menyatakan bahwa manset sfigmomanometer sebaiknya diletakkan diatas
lengan telanjang (tidak terhalang lengan baju). Namun bukti empiris tidak
memberikan hasil yang jelas terhadap rekomendasi ini.
· Bell vs.
diafragma
Variable
|
Rerata
Bias |
Keterangan |
|
Sistolik
(mmHg) |
Diastolik
(mmHg) |
||
Lengan paretic |
+2 |
+5 |
|
Perokok akut |
+8,6 |
+6,1 |
20-60 menit setelah merokok 1-4 batang rokok (rokok elektronik, cerutu, pipa arab, tablet, permen karet dan koyo nikotin, tembakau) |
Konsumsi kafein akut |
+7,6 |
+6,2 |
180 menit setelah konsumsi kafein 3,3 mg/kgBB kafein |
Menahan buang air kecil |
+17,3 |
+10,43 |
60 menit setelah meminum 950-1200 ml air, atau 3,6-10,4 jam setelah berkemih terakhir |
Berbicara/ngobrol |
+11,3 |
+9,9 |
|
Suhu dingin |
+16,9 |
+11,6 |
10-180 menit paparan dingin |
Manset terlalu kecil |
+6,6 |
+4,3 |
|
Manset terlalu besar |
-2,4 |
-2,8 |
|
Istirahat terlalu singkat |
+7,9 |
+3,1 |
Periode istirahat 5-16 menit setelah aktivitas normal |
Posisi stetoskop dibawah manset |
+1,9 |
-7,5 |
|
Duduk dengan kaki/lutut menyilang |
+7,8 |
+4,9 |
|
Tidur telentang |
+1 |
-2 |
|
Duduk dikursi |
+10,5 |
+9 |
|
Lengan tanpa penyangga |
+4,89 |
+4,81 |
|
Lengan lebih rendah dari jantung |
+10,4 |
+17,7 |
|
Duduk dikursi tanpa sandaran punggung |
+6,5 |
- |
|
Berbaring |
+4,6 |
+3,4 |
|
Deflasi manset lebih cepat |
-2,6 hingga -7,1 |
-2,1 hingga -6,3 |
|
Sesudah makan |
-6 |
-5 |
180 menit setelah makan berat |
White-coat effect |
+7,6 |
+4 |
|
Semoga informasi ini bermanfaat, khususnya bagi sejawat yang bertugas di pelayanan kesehatan. Agar jadi bahan pertimbangan dalam menilai efektivitas obat antihipertensi. Bagi rekan sejawat yang berkeinginan mengulik lebih jauh seputar topik ini, berikut saya sertakan link hasil penelitian meta-analisis dari berbagai Negara disini.
Sumber :
Kallioinen, Noa, Hill, et al, 2017, Sources of inaccuracy in the measurement of adult patients’ resting blood pressure in clinical settings, Journal of Hypertension: March 2017 - Volume 35 - Issue 3 - p 421-441. doi: 10.1097/HJH.0000000000001197 https://journals.lww.com/jhypertension/Fulltext/2017/03000/Sources_of_inaccuracy_in_the_measurement_of_adult.2.aspx
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Sangat informatif..
ReplyDelete