Bagaimana penyesuaian dosis obat antidiabetes oral dan insulin selama bulan Ramadhan?

Image
Bulan ini umat muslim di seluruh dunia menjalani ibadah puasa ramadhan, termasuk para penderita diabetes. Perubahan pola dan jadwal makan serta aktivitas fisik selama berpuasa akan mempengaruhi kadar gula darah, terutama resiko hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum, dehidrasi dan thrombosis. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pasien diabetes sebelum berpuasa di bulan Ramadhan: Melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh 1-2 bulan sebelum ramadhan Melakukan pemantauan kadar gula darah secara teratur, terutama di siang hari dan menjelang berbuka puasa Tidak berpuasa bila merasa tubuh kurang sehat Berkonsultasi dengan Dokter atau Apoteker terkait penyesuaian jadwal minum obat antidiabetes oral atau insulin  Tidak melewatkan waktu makan, menghindari minuman dan makanan manis berlebihan Menghindari aktivitas fisik yang berlebihan terutama beberapa saat menjelang waktu berbuka puasa Menghentikan puasa bila kadar gula darah kurang dari 80 mg/dl atau lebih dari 300 mg/dl ...

Mengapa hasil tekanan darah saya berbeda-beda di setiap pengukuran?

 


Pernahkah anda bertanya-tanya, mengapa ada perbedaan hasil disetiap anda memeriksakan tekanan darah di tempat dan waktu yang berbeda?

Ya. Tentu saja kita semua pernah mengalaminya. Beberapa waktu yang lalu, saya mengantar ibu saya kontrol jantung ke rumah sakit. Sebelumnya, saya sudah benar-benar yakin bahwa tekanan darah ibu saya terkontrol. Setidaknya selama beberapa minggu dalam pemantauan saya, tekanan darah ibu saya selalu dibawah 140/90 mmHg, batas aman pasien hipertensi dengan komorbid diabetes mellitus tipe 2. Faktanya, begitu sampai di rumah sakit dan mampir di meja periksa (alur standar di rumah sakit, bahwa setiap pasien yang akan berkonsultasi dengan dokter akan diperiksa dulu tekanan darahnya di meja perawat), hasil pemeriksaan tekanan darah ibu saya melonjak drastis menjadi 180/135 mmHg. Saya sampai meyakinkan ibu-ibu perawat untuk mengulangi memeriksa tekanan darah ibu saya. Hasilnya tetap sama. Saya berkhusnudzon, bisa saja ini pengaruh jalan kaki dari lobi depan ke ruang tunggu. Terlihat masuk akal.

Pelajaran apa yang bisa diambil dari cerita diatas? Ya, benar. Bahwasannya aktivitas, waktu dan posisi tubuh pada saat pengukuran sangat mempengaruhi hasil tekanan darah, disamping faktor psikologis dan tingkat keparahan penyakit itu sendiri tentunya.

Tapi tahukah anda, bahwa masih ada banyak faktor yang mempengaruhi akurasi pemeriksaan tekanan darah, dan tentunya hasilnya bias? Yuk simak penjelasan berikut ini!

Meskipun penggunaan teknik sfigmomanometri dalam mengukur tekanan darah ditetapkan sebagai standar pemeriksaan fisik, teknik ini mengandung beberapa jebakan. Misalnya, balon manometer, kondisi tonus otot lengan, dan lain sebagainya. Kondisi lain yang dikenal dengan istilah “white-coat effect” menyebabkan terjadinya “white-coat hypertension”, yaitu semacam fluktuasi tekanan darah yang terjadi di ruang pemeriksaan termasuk ketika pengukuran mandiri di klinik. Terdapat gradien tekanan darah tertinggi dan pengaruh respon adrenergik bila tekanan darah seseorang diukur oleh dokter, disaat yang sama menunjukkan hasil yang rendah bila diukur oleh perawat. Dengan kata lain, ada respon adrenergik berbeda ketika pasien berhadapan dengan dokter. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa fenomena ini biasa terjadi pada individu berusia lebih tinggi, jenis kelamin perempuan, dan individu dengan kelainan metabolik. Prevalensinya tertinggi (10-40%) pada pasien umum, rawat jalan, dan pemeriksaan yang dilakukan di siang hari. Dari segi ras, prevalensi afrika dan eropa lebih tinggi dibandingkan dengan asia selatan. Bisa dipastikan fenomena ini akan terjadi seiring dengan semakin tingginya tekanan (psikologis) dari klinik/fasilitas kesehatan tersebut, semisal keramahan petugas, kebisingan, dan lain-lain. Tempat duduk yang nyaman dengan sandaran punggung, posisi kaki meyentuh dilantai, tidak menyilang, dan tidak dalam posisi menggantung pada sandaran kaki meja periksa juga perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat.

 

 

Meningkatkan tekanan darah

1.       Kondisi pasien

Beberapa kondisi pasien yang menghasilkan bias peningkatan hasil pengukuran tekanan darah, yaitu:

·       Pseudohipertensi

·       White-coat hypertension

Respon ini terbukti menghasilkan bias peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 7,6 mmHg dan diastolik sebesar 4,0 mmHg.

·       Lengan paretic (akibat stroke)

Pengukuran tekanan darah pada lengan paretik pasien stroke menunjukkan bias hasil peningkatan signifikan sebesar 2 mmHg sistolik dan 5 mmHg diastolik, dibandingkan dengan pasien lengan normal

·       Nyeri, kecemasan

·       Perokok akut

Dosis nikotin antara 0,4-13 mg atau merokok 1-4 batang rokok (termasuk rokok eletronik, cerutu, pipa arab, tablet nikotin, koyo nikotin, permen karet nikotin dan tembakau) menghasilkan bias tekanan darah sistolik dan diastolik dengan efek sedang dan besar, dengan rerata peningkatan sebesar 8,6 mmHg sistolik dan 6,1 mmHg diastolik. Peningkatan ini signifikan bila diukur 20-30 menit setelah merokok, 30 menit setelah mengunyah tembakau, dan 40-60 menit setelah menelan tablet nikotin 4 mg. Efek ini juga terjadi pada perokok pasif, dengan durasi paparan 30-60 menit.

·       Konsumsi kafein akut

Dosis kafein sebesar 3,3 mg/kgBB terbukti menghasilkan bias tekanan darah dengan rerata peningkatan sebesar 7,6 mmHg sistolik dan 6,2 mmHg diastolik. Peningkatan ini signifikan bila diukur 180 menit setelah konsumsi.

·       Konsumsi alkohol akut

Dosis alkohol berkisar antara 0,4-1g/kgBB berefek signifikan terhadap hasil bias tekanan darah. Sejatinya konsumsi alkohol tidak saja dapat meningkatkan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, namun juga menurunkan bila diukur dalam interval waktu 5 menit – 4 jam setelah konsumsi.

·        Menahan buang air kecil (kebelet)

Kasus seperti ini lazim dijumpai di fasilitas kesehatan umum. Terkadang pasien tergesa-gesa masuk ke ruang periksa dalam keadaan “kebelet”, agar tidak ketinggalan nomor antrian. “Kebelet” dapat diartikan sebagai kondisi 60 menit setelah minum 950 ml-1200 ml air atau 3,6-10,4 jam setelah berkemih terakhir, hingga keinginan untuk berkemih menjadi tak tertahankan. Kondisi ini terbukti menghasilkan bias pengukuran tekanan darah secara signifikan dengan rerata peningkatan sebesar 17,3 mmHg sistolik dan 10,43 mmHg diastolik bila diukur 60 menit setelah minum 950 ml-1200 ml air atau 3,6-10,4 jam setelah berkemih terakhir.

·        Berbicara/ngobrol

Pengaruh bicara selama pengukuran tekanan darah dibandingkan dengan tidak berbicara, menghasilkan bias peningkatan dengan rerata sistolik sebesar 11,3 mmHg dan diastolik sebesar 9,9 mmHg, baik berbicara dengan intonasi normal, suara kencang, dalam keadaan stress maupun tidak.

2.       Pengaturan alat

·       Ruangan dingin

Paparan secara signifikan meningkatkan tekanan darah, terutama sistolik. Suhu dingin berkisar antara -15 oC (baju hangat) hingga 30,5 oC bisa berpatokan pada suhu ruangan ataupun suhu kulit, baik dalam kondisi mengenakan baju biasa, maupun selimut. Kondisi ini terbukti menghasilkan bias tekanan darah secara signifikan dengan rerata peningkatan sebesar 16,9 mmHg sistolik dan 11,6 mmHg diastolik bila diukur hingga 180 menit paparan.

·       Katup Bulb bocor

3.       Proses pemeriksaan

·       Manset tidak sesuai

Penggunaan manset yang tidak sesuai dengan lingkar lengan, misalnya terlalu kecil terutama pada individu dengan obesitas. Jika manset yang digunakan terlalu pendek, maka diperlukan tekanan yang lebih besar pula untuk manset dapat menutup arteri, sehingga hasil yang didapatkan cenderung salah. Penggunaan manset terlalu kecil menghasilkan bias rerata peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 6,6 mmHg dan diastolik sebesar 4,3 mmHg. Sedangkan manset terlalu besar menghasilkan bias rerata penurunan tekanan darah sistolik sebesar 2,4 mmHg dan diastolik sebesar 2,8 mmHg. Dalam kasus ini, pengukuran berulang tidak akan meningkatkan akurasi.

·       Posisi stetoskop dibawah manset

Penting memperhatikan posisi stetoskop terhadap manset selama auskultasi. Penempatan stetoskop dibawah manset secara signifikan menghasilkan bias peningkatan terhadap tekanan darah sistolik dengan rerata sebesar 1,9 mmHg, dan penurunan diastolik sebesar 7,5 mmHg, dibandingkan dengan posisi yang direkomendasikan.

·       Posisi tubuh pada saat pengukuran

Posisi duduk dengan kaki/lutut menyilang dapat menghasilkan bias tekanan darah secara signifikan, dengan rerata peningkatan sebesar 7,8 mmHg sistolik, dan 4,9 mmHg diastolik dibandingkan dengan posisi duduk dengan kaki rata menyentuh lantai. Posisi tidur berbaring telentang menghasilkan bias dengan rerata peningkatan sebesar 1 mmHg, dan penurunan sebesar 2 mmHg diastolik. Posisi duduk dikursi tanpa sandaran punggung menghasilkan bias tekanan darah diastolic sebesar 6,5 mmHg, namun tidak bermakna untuk sistolik. Posisi lengan tanpa penyangga menghasilkan bias tekanan darah sistolik sebesar 4,89 mmH dan diastolik sebesar 4,81 mmHg. Dalam hal penempatan lengan terhadap jantung, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa posisi lengan lebih rendah dari jantung menunjukkan bias hasil tekanan darah, namun hasil ini dipengaruhi oleh posisi tubuh. Posisi menunjukkan bias peningkatan sistolik sebesar 10,4 mmHg dan diastolik sebesar 17,7 mmHg. Posisi duduk menunjukkan bias peningkatan sistolik sebesar 10,5 mmHg dan diastolik sebesar 9,0 mmHg. Sedangkan posisi berbaring menghasilkan bias peningkatan sistolik sebesar 4,6 mmHg dan diastolik sebesar 3,4 mmHg.

·       Istirahat terlalu singkat

Periode istirahat sekitar 5-16 menit setelah beraktivitas normal menghasilkan bias tekanan darah sistolik rerata sebesar 7,9 mmHg dan diastolik rerata sebesar 3,1 mmHg.


Menurunkan tekanan darah

Beberapa kondisi pasien yang menghasilkan bias penurunan hasil pengukuran tekanan darah, yaitu:

1.       Kondisi pasien

·       Sesudah makan

Sebuah studi melaporkan adanya bias tekanan darah sistolik rerata penurunan sebesar 6 mmHg dan tekanan darah diastolik rerata sebesar 5 mmHg secara signifikan pada subyek uji pasien dewasa sehat yang diukur 180 menit setelah makan menu campuran (makanan berat). Penurunan ini tidak signifikan bila pengukuran dilakukan 60 menit setelah makan berat.

·       Kesalahan jeda auskultasi (auscultatory gap)

·       Stroke volume tinggi

2.       Pengaturan alat

Kalibrasi alat yang tidak tepat dapat mempengaruhi akurasi hasil. Dalam hal sphygmomanometer, suatu alat dikatakan tidak akurat bila menunjukkan perbedaan lebih dari ± 3 mmHg dari nilai normal yang tertera pada spesifikasi alat. Selain itu, ukuran dan penempatan penempatan manset yang tidak tepat (dibawah atau diatas jantung) dapat mempengaruhi akurasi alat.

·        Ruangan yang berisik

·        Aneroid rusak

·        Kadar air raksa rendah

·        Bulb bocor

3.       Petugas pemeriksa

·       Pembulatan angka kebawah

·       Gangguan pendengaran

·       Posisi stetoskop dibawah manset

Penempatan stetoskop dibawah manset secara signifikan menghasilkan bias penurunan diastolik sebesar 7,5 mmHg

4.       Proses pemeriksaan

·        Istirahat terlalu lama

·        Posisi lengan dibawah jantung

·        Deflasi terlalu cepat

Deflasi manset lebih cepat dari yang direkomendasikan 2-3 mmHg. Efek signifikan ini menghasilkan bias penurunan sistolik dengan interval 2,6 – 7,1 mmHg dan diastolic dengan interval 2,1 – 6,3 mmHg.

 

Tidak mempengaruhi tekanan darah

1.       Kondisi pasien

·        Konsumsi kafein kronik (jangka panjang)

·        Inflasi manset mandiri

·        Perbedaan ras dan gender

2.       Proses pemeriksaan

·       Lengan baju tipis dibawah manset

Beberapa pendapat menyatakan bahwa manset sfigmomanometer sebaiknya diletakkan diatas lengan telanjang (tidak terhalang lengan baju). Namun bukti empiris tidak memberikan hasil yang jelas terhadap rekomendasi ini.

·       Bell vs. diafragma

 

Summary

Variable

Rerata Bias

Keterangan

Sistolik

(mmHg)

Diastolik (mmHg)

Lengan paretic

+2

+5

 -

Perokok akut

+8,6

+6,1

20-60 menit setelah merokok 1-4 batang rokok (rokok elektronik, cerutu, pipa arab, tablet, permen karet dan koyo nikotin, tembakau)

Konsumsi kafein akut

+7,6

+6,2

180 menit setelah konsumsi kafein 3,3 mg/kgBB kafein

Menahan buang air kecil

+17,3

+10,43

60 menit setelah meminum 950-1200 ml air, atau 3,6-10,4 jam setelah berkemih terakhir

Berbicara/ngobrol

+11,3

+9,9

 

Suhu dingin

+16,9

+11,6

10-180 menit paparan dingin

Manset terlalu kecil

+6,6

+4,3

 -

Manset terlalu besar

-2,4

-2,8

 -

Istirahat terlalu singkat

+7,9

+3,1

Periode istirahat 5-16 menit setelah aktivitas normal

Posisi stetoskop dibawah manset

+1,9

-7,5

 -

Duduk dengan kaki/lutut menyilang

+7,8

+4,9

 -

Tidur telentang

+1

-2

 -

Duduk dikursi

+10,5

+9

 -

Lengan tanpa penyangga

+4,89

+4,81

 -

Lengan lebih rendah dari jantung

+10,4

+17,7

 -

Duduk dikursi tanpa sandaran punggung

+6,5

-

 -

Berbaring

+4,6

+3,4

 -

Deflasi manset lebih cepat

-2,6 hingga -7,1

-2,1 hingga -6,3

 -

Sesudah makan

-6

-5

180 menit setelah makan berat

White-coat effect

+7,6

+4

 -

Semoga informasi ini bermanfaat, khususnya bagi sejawat yang bertugas di pelayanan kesehatan. Agar jadi bahan pertimbangan dalam menilai efektivitas obat antihipertensi. Bagi rekan sejawat yang berkeinginan mengulik lebih jauh seputar topik ini, berikut saya sertakan link hasil penelitian meta-analisis dari berbagai Negara disini.


Sumber :

Kallioinen, Noa, Hill, et al, 2017, Sources of inaccuracy in the measurement of adult patients’ resting blood pressure in clinical settings, Journal of Hypertension: March 2017 - Volume 35 - Issue 3 - p 421-441. doi: 10.1097/HJH.0000000000001197 https://journals.lww.com/jhypertension/Fulltext/2017/03000/Sources_of_inaccuracy_in_the_measurement_of_adult.2.aspx

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bagaimana Cara Menghitung ATC dan DDD?

Cara Pemberian Infus Nalokson pada Kasus Penyalahgunaan Opioid

Bagaimana penyesuaian dosis obat antidiabetes oral dan insulin selama bulan Ramadhan?