Bagaimana penyesuaian dosis obat antidiabetes oral dan insulin selama bulan Ramadhan?

Image
Bulan ini umat muslim di seluruh dunia menjalani ibadah puasa ramadhan, termasuk para penderita diabetes. Perubahan pola dan jadwal makan serta aktivitas fisik selama berpuasa akan mempengaruhi kadar gula darah, terutama resiko hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum, dehidrasi dan thrombosis. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pasien diabetes sebelum berpuasa di bulan Ramadhan: Melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh 1-2 bulan sebelum ramadhan Melakukan pemantauan kadar gula darah secara teratur, terutama di siang hari dan menjelang berbuka puasa Tidak berpuasa bila merasa tubuh kurang sehat Berkonsultasi dengan Dokter atau Apoteker terkait penyesuaian jadwal minum obat antidiabetes oral atau insulin  Tidak melewatkan waktu makan, menghindari minuman dan makanan manis berlebihan Menghindari aktivitas fisik yang berlebihan terutama beberapa saat menjelang waktu berbuka puasa Menghentikan puasa bila kadar gula darah kurang dari 80 mg/dl atau lebih dari 300 mg/dl ...

Intervensi Non-Farmakologis Pada Penderita Hipertensi

Siapa yang tidak mengenal istilah hipertensi? Salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia ini sangat mudah dijumpai ditengah-tengah masyarakat. Dilansir dari laman resmi WHO, sedikitnya 1,13 miliar penduduk dunia menderita hipertensi, dua pertiga diantaranya berasal dari Negara berkembang dengan penghasilan rendah-sedang. Di Indonesia sendiri, sebagai salah satu penyakit noncommunicable disease, hipertensi menyumbang 35% dari total mortalitas. Data terbaru melaporkan bahwa sebanyak 22% penduduk Indonesia dewasa berusia diatas 18 tahun mengalami peningkatan tekanan darah.

Diagnosis hipertensi

Diagnosis hipertensi ditegakkan bila tekanan darah 140/90 mmHg diukur menggunakan ambulatory blood pressure monitoring (ABPM) ataupun home blood pressure monitoring (HBPM). Klasifikasi hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

 Tabel 1. Klasifikasi hipertensi


Konfirmasi diagnosis ini tidak mengandalkan pada satu kali pemeriksaan, kecuali pada pasien dengan tekanan darah yang sangat tinggi, misalnya hipertensi stage 3 atau terdapat bukti kerusakan target organ akibat hipertensi yang dikenal dengan hypertension-mediated organ damage (HMOD) misalnya retinopati hipertensif dengan eksudat dan perdarahan, hipertrofi ventrikel kiri atau kerusakan ginjal.

HMOD dapat dinilai dengan:

1.       EKG 12-sadapan

2.       Albuminuria

3.       Funduskopi

4.       Ekokardiografi

5.       USG karotis

6.       USG Doppler abdomen

7.       PWV (pulse wave velocity)

8.       ABI (ankle-brachial index)

9.       Uji fungsi kognitif

10.   Pencitraan otak

 

Penilaian resiko penyakit kardiovaskular dalam 10 tahun

Khusus individu berusia 40 tahun, resiko penyakit kardiovaskular dalam 10 tahun dapat dinilai menggunakan sistem SCORE (systematic coronary risk evaluation) yang dapat diakses disini. Sedangkan individu berusia <40 tahun  kemungkinan memiliki resiko yang lebih rendah. Terapi obat anti hipertensi perlu langsung diberikan bila hasil yang didapat berupa resiko tinggi dan sangat tinggi, termasuk komorbid yang menyertai. Hasil penilaian dirangkum dalam Tabel 2.


Tabel 2. Kategori resiko berdasarkan sistem SCORE


Penatalaksanaan hipertensi non-farmakologis

Bagi individu dengan tekanan darah sistolik sebesar 130-139 mmHg dan diastolik sebesar 80-89 mmHg atau hasil penilaian resiko kematian akibat penyakit kardiovaskular dalam 10 tahun <5%, maka direkomendasikan untuk melakukan perubahan gaya hidup setidaknya selama 4-6 bulan (Tabel 3) berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). Perhitungan IMT dapat diakses disini

Intervensi

Rekomendasi

Keterangan

Pembatasan konsumsi garam

Konsumsi garam maksimal 5 gram/hari (setara dengan 1 sendok teh garam dapur)

Hindari makanan asin

Perubahan pola makan

·     sayuran (min. 200 g/hari)

·     kacang-kacangan

·     Buah segar (min 200 g/hari)

·     produk susu rendah lemak

·     gandum

·     ikan dan asam lemak tak jenuh (terutama minyak zaitun)

Batasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh

Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal

Target IMT 18,5 – 22,9 kg/m2. Lingkar pinggang <90 cm pada laki-laki dan <80 cm pada perempuan

-

Olahraga teratur

Olahraga minimal 30 menit sebanyak 5-7 hari/minggu, berupa latihan aerobik dinamik berintensitas sedang (mis. Jalan kaki, bersepeda, atau berenang)

 -

Berhenti merokok dan konsumsi alkohol

 -

 -

 Tabel 3. Perubahan gaya hidup pasien hipertensi


Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)

Diet ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990-an oleh National Institute of Health (NIH). Diet ini mempromosikan makanan yang diproses secara minimal dan makanan segar, konsumsi sayuran dan buah-buahan, daging tanpa lemak dan produk susu, serta memasukkan makronutrien kedalam menu. Selain itu, diet DASH merekomendasikan pengurangan konsumsi natrium dalam makanan menjadi sekitar 1500 mg/hari. Hasilnya menunjukkan bahwa intervensi diet jenis ini efektif menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 6-11 mmHg, baik pada individu hipertensi maupun normotensi. Sehingga diet DASH dianjurkan sebagai terapi non-farmakologis lini pertama bersama dengan modifikasi gaya hidup pasien hipertensi. Panduan penyajian diet DASH adalah sebagai berikut:

Sayuran

: sekitar lima porsi/hari

Buah

: sekitar lima kali makan/hari

Karbohidrat

: sekitar tujuh porsi/hari

Produk susu rendah lemak

: sekitar dua porsi/hari

Produk daging tanpa lemak

: sekitar dua porsi/hari

Kacang-kacangan dan biji-bijian

: dua hingga tiga kali/minggu

 Tabel 4. Daftar menu diet DASH

Saat ini sudah tersedia menu diet DASH yang sudah dimodifikasi sesuai kebutuhan masyarakat Indonesia. Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menu diet DASH dirangkum sebagai berikut:




Semoga tulisan ini bermanfaat. Salam sehat!


File bisa diunduh disini:


Sumber :

  1. WHO, 2019, Hypertension. Available on: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension
  2. WHO, 2018, Noncommunicable Disease (NCD) Country Profiles. Available on: https://www.who.int/nmh/countries/2018/idn_en.pdf?ua=1
  3. Kementerian Kesehatan RI, 2019, Laporan Nasional Riskesdas 2018. Available on: http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf
  4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015, Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular. Available on: http://www.inaheart.org/upload/image/Pedoman_TataLaksna_hipertensi_pada_penyakit_Kardiovaskular_2015.pdf
  5. Challa HJ, Ameer MA, Uppaluri KR, 2020, DASH diet to stop hypertension. In: StatePearls Publishing. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482514/

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bagaimana Cara Menghitung ATC dan DDD?

Cara Pemberian Infus Nalokson pada Kasus Penyalahgunaan Opioid

Bagaimana penyesuaian dosis obat antidiabetes oral dan insulin selama bulan Ramadhan?